DOKTER AIRLANGGA

SMART PEOPLE, SMART HEALTH

Tonsilitis dan Hipertrofi Tonsil pada Dewasa

Tonsilitis dan Hipertrofi Tonsil pada Dewasa

Yudhasmara Sandiaz; Widodo Judarwanto
RSIA Bunda Jakarta

Abstrak

Tonsilitis dan hipertrofi tonsil pada dewasa merupakan kondisi inflamasi dan/atau pembesaran tonsil palatina yang dapat menimbulkan keluhan nyeri faring, disfagia, halitosis, abses peritonsilar, serta gangguan tidur jika hipertrofi signifikan. Pada dewasa, pola etiologi, risiko komplikasi, dan profil respons terapeutik berbeda dibanding populasi pediatrik sehingga memerlukan pendekatan diagnostik dan penatalaksanaan yang disesuaikan. Artikel ini meninjau epidemiologi, definisi klinis, etiologi, tanda-gejala, strategi manajerial (konservatif, antibiotik, intervensi bedah termasuk indikasi tonsilektomi), pencegahan, serta pandangan klinis penulis berdasarkan bukti terkini dan pedoman internasional.

Pendahuluan

Tonsil palatina merupakan organ limfoid mukosa (bagian cincin Waldeyer) yang berperan dalam imunitas lokal. Pada dewasa, tonsil masih dapat menjadi fokus infeksi akut (tonsilitis), menjadi sumber peradangan kronis, atau mengalami hipertrofi yang menimbulkan masalah fungsional seperti disfagia atau gangguan tidur. Manifestasi pada dewasa cenderung lebih berat dan komplikasinya (mis. peritonsilar abses) lebih sering memerlukan evaluasi bedah dibandingkan banyak kasus anak.

Faktor predisposisi pada dewasa meliputi paparan zat iritan (merokok, polusi), komorbiditas seperti GERD dan rinosinusitis kronis, kebiasaan sosial (kerja di lingkungan padat), serta faktor imunologis. Oleh karena itu, pendekatan komprehensif yang mencakup modifikasi faktor risiko, terapi medis yang tepat, dan seleksi indikasi bedah sangat penting.

Epidemiologi

  1. Tonsillitis menyumbang sebagian kecil kunjungan rawat jalan pada populasi dewasa (angka bervariasi menurut wilayah); survei di negara maju menunjukkan prevalensi tonsillitis akut pada dewasa relatif rendah dibanding anak—sekitar 0.4% dari kunjungan klinik primer untuk keluhan faring pada beberapa seri. Namun insiden absolute bervariasi menurut musim dan paparan komunitas.
  2. Hipertrofi tonsil klinis pada dewasa kurang umum dibanding anak tetapi signifikan bila terjadi: dapat menyebabkan disfagia, perubahan suara, dan sleep-disordered breathing. Data kohort dan series hospital menunjukan bahwa dewasa yang menjalani tonsilektomi lebih sering karena komplikasi (peritonsillar abses), kegagalan terapi konservatif, atau kecurigaan neoplasia dibandingkan indikasi murni infeksi rekuren.
  3. Peritonsillar abses (PTA) relatif lebih sering dijumpai pada dewasa dan menjadi penyebab utama rujukan ENT bedah akut; angka kejadian dan kebutuhan intervensi (drainase atau tonsilektomi) meningkat pada pasien dengan komorbiditas atau yang terlambat presentasi. Tren operasi tonsilektomi dewasa dipengaruhi oleh bukti efektivitas jangka pendek dan risiko prosedur (pendarahan, nyeri) sehingga pemilihan pasien menjadi kunci.

Definisi Klinis 

  1. Tonsilitis akut dewasa: inflamasi tonsil dengan onset akut (<2 minggu) disertai odynophagia, demam, eritema/eksudat tonsilar, dan adenopati servikal. Etiologi bisa viral atau bakterial (GAS dan bakteri anaerob tertentu pada dewasa muda). Pemeriksaan klinis dan tes cepat/kultur bila perlu membantu memutuskan terapi.
  2. Tonsilitis rekuren / kronis: rekuren didefinisikan pada dewasa sebagai pola episode simptom yang berulang dan berdampak signifikan pada kualitas hidup (mis. ≥3 episode dalam 6 bulan atau ≥5 episode dalam 12 bulan tergantung pedoman lokal). Kronis ditandai keluhan menetap (halitosis, tonsillolith, rasa penuh) >3 bulan dan sering tak merespons terapi konservatif.
  3. Hipertrofi tonsil pada dewasa: pembesaran tonsil yang menimbulkan gangguan fungsional (disfagia, sensasi benda asing, gangguan tidur). Pada dewasa, perlu perhatian khusus pada tanda-tanda red flag (unilateralisme, ulserasi, perdarahan) yang mengindikasikan pemeriksaan histopatologi untuk menyingkirkan neoplasia.

Penyebab

  1. Virus — adenovirus, rhinovirus, influenza, parainfluenza, EBV (mononukleosis) — sering memicu tonsilitis akut; infeksi virus cenderung membaik dengan terapi suportif tetapi dapat memperburuk peradangan kronis bila faktor risiko hadir. Pada dewasa muda, EBV harus dicurigai bila limfadenopati dan kelelahan menonjol.
  2. Bakteri — Group A Streptococcus tetap patogen penting, namun pada dewasa relatif lebih sering ditemukan juga organisme seperti Fusobacterium necrophorum (terkait komplikasi seperti Lemierre syndrome pada beberapa kasus), Staphylococcus aureus, dan bakteri anaerob lain terutama bila terdapat abses atau infeksi komplikan. Konfirmasi mikrobiologi (rapid antigen test/kultur) dianjurkan bila pengobatan antibiotik dipertimbangkan.
  3. Faktor non-infeksi — GERD, postnasal drip (rinosinusitis kronis), iritan (rokok, polusi), dan batu tonsil (tonsillolith) dapat menyebabkan inflamasi kronis atau gejala berulang tanpa infeksi aktif. Faktor-faktor ini perlu dievaluasi dan ditangani untuk mengurangi kekambuhan dan menghindari operasi yang tidak perlu.

Tabel Tanda dan Gejala 

Tanda / GejalaImplikasi klinis
Nyeri tenggorok (odynophagia)Gejala utama; intensitas membantu membedakan ganas/abses.
DemamLebih mungkin pada etiologi bakteri/virus akut.
Eksudat tonsilarMendukung infeksi bakteri, tapi tidak spesifik.
Pembesaran kelenjar servikalTanda respons imun; dominan pada EBV / GAS.
Halitosis & tonsillolithMenandakan proses kronis/retensi debris.
Disfagia / sensasi benda asingDapat akibat hipertrofi tonsil signifikan.
Trismus, hot potato voice, uvula deviationTanda peritonsillar abses — membutuhkan intervensi.
Unilateral enlargement, ulceration, bleedingRed flag untuk pemeriksaan histologis (kecurigaan neoplasia).

 

  • Kombinasi nyeri tenggorok, demam, dan eksudat membantu membedakan kemungkinan etiologi; skor klinis (Centor/McIsaac) dan rapid test dapat memandu pemberian antibiotik. Pada dewasa, mikrobiologi lebih berperan bila gambaran klinis tidak tipikal.
  • Gejala kronis seperti halitosis, tonsillolith, dan sensasi penuh biasanya menunjukkan proses retensi kronis pada kripta tonsil; pembersihan/irigasi serta pengelolaan faktor penyerta (sinusitis, GERD) dapat membantu.
  • Tanda-tanda lokal berat (trismus, hot potato voice, deviasi uvula) menunjukkan kemungkinan peritonsillar abses yang memerlukan drainage emergen; sementara pembesaran unilateral/ulserasi atau perdarahan menuntut eksisi dan pemeriksaan histopatologi untuk menyingkirkan keganasan.

Penanganan

  1. Terapi suportif awal: pada tonsilitis yang diduga viral — analgesik (paracetamol/NSAID jika aman), hidrasi, istirahat, berkumur saline, dan pengelolaan gejala. Pencegahan dehidrasi dan pemantauan tanda bahaya (kesulitan bernapas, intoleransi oral) penting.
  2. Antibiotik bila indikasi bakteri: beri antibiotik (penisilin V atau amoksisilin) bila kecurigaan streptokokus kuat (skor klinis atau test cepat positif). Pada alergi penisilin gunakan makrolida sesuai pedoman lokal. Resistensi dan indikasi terapi profilaksis harus dipertimbangkan; kultur dilakukan untuk kasus berat/rekuren.
  3. Manajemen peritonsillar abses (PTA): drainage (needle aspiration atau incision & drainage) + antibiotik spektrum luas; pilihan immediate tonsillectomy (quinsy tonsillectomy) dapat dipertimbangkan pada beberapa kasus dewasa dengan PTA berulang atau kegagalan terapi konservatif, namun harus ditimbang dengan risiko pasca­operasi.
  4. Tonsilektomi pada indikasi tertentu: indikasi operasi pada dewasa meliputi: tonsillitis rekuren yang berdampak signifikan (dokumentasi episode), tonsillitis kronis non-respon, peritonsillar abses rekuren, hipertrofi tonsil yang menyebabkan disfagia/gangguan tidur, serta massa/ulserasi yang dicurigai neoplasia. Keputusan operasi mempertimbangkan risiko perdarahan post-op yang lebih tinggi pada dewasa dan komorbid pasien. Bukti men-support bahwa tonsilektomi dapat mengurangi hari sakit pada dewasa terpilih.
  5. Teknik operasi & follow-up: pada dewasa, teknik ekstrakapsular (total tonsillectomy) umum digunakan; intracapsular/partial tonsillectomy (mis. coblation microdebrider) semakin populer untuk mengurangi nyeri dan perdarahan tetapi data jangka panjang pada dewasa masih berkembang. Pasca-operatif fokus pada kontrol nyeri multimodal, hidrasi, nutrisi lunak, dan pemantauan perdarahan hingga 14 hari.

Pencegahan

  1. Higiene & mitigasi paparan infeksi: cuci tangan, hindari kontak erat dengan orang sakit, dan ventilasi lingkungan kerja/rumah dapat menurunkan risiko infeksi saluran napas atas yang memicu tonsilitis.
  2. Pengendalian faktor risiko individual: berhenti merokok, mengurangi paparan polusi, mengelola GERD dan alergi nasal mengurangi inflamasi kronis yang memicu hipertrofi atau kekambuhan.
  3. Penggunaan antibiotik selektif: tes diagnostik (rapid antigen/culture) untuk GAS membantu membatasi penggunaan antibiotik yang tidak perlu dan mengurangi resistensi. Edukasi pasien mengenai indikasi antibiotik dan kepatuhan terapi diperlukan.
  4. Screening & rujukan dini: pada tanda-tanda red flag (unilateralisme, ulserasi, perdarahan, massa), rujuk cepat ke THT untuk evaluasi dan biopsi jika perlu; pada kasus rekuren, dokumentasikan episode untuk menilai indikasi tonsilektomi. Implementasi pedoman lokal/pusat dapat mengurangi variabilitas praktik.

Point of View

  1. Pada dewasa, keputusan untuk melakukan tonsilektomi harus lebih konservatif dan berbasis bukti dibanding anak karena morbiditas pasca-operasi (nyeri, risiko perdarahan) cenderung lebih tinggi; oleh karena itu indikasi operasi harus jelas didokumentasikan (episode terkonfirmasi, dampak fungsi, atau kegawatan diagnostik seperti kecurigaan neoplasia).
  2. Penulis menekankan pendekatan holistik: sebelum merujuk pasien ke operasi, evaluasi faktor penyerta (GERD, alergi, merokok), optimalkan terapi konservatif, dan gunakan investigasi mikrobiologi bila perlu. Pada pasien terpilih (rekuren berdampak, abses rekuren, hipertrofi simptomatik, atau kecurigaan massa), tonsilektomi dapat memberikan perbaikan kualitas hidup yang nyata.
  3. Teknologi operasi minimal invasive (intracapsular/coblation) menjanjikan pengurangan morbiditas pasca-op namun perlu data jangka panjang pada populasi dewasa; penulis merekomendasikan shared decision-making dan diskusi manfaat-risiko yang transparan.

Kesimpulan

Tonsilitis dan hipertrofi tonsil pada dewasa memerlukan pendekatan diagnostik dan terapeutik yang disesuaikan dengan pola etiologi, komorbiditas, dan risiko prosedural yang lebih besar dibanding pediatri. Terapi konservatif tetap menjadi langkah awal untuk sebagian besar kasus; antibiotik hendaknya digunakan selektif berdasarkan bukti. Tonsilektomi merupakan opsi curative untuk kasus rekuren/komplikasi atau indikasi diagnostik, tetapi pemilihan pasien yang ketat dan persiapan pasca-operatif yang baik adalah kunci untuk hasil optimal. Teknologi bedah yang lebih konservatif menunjukkan manfaat pada morbiditas pasca-op tetapi memerlukan evaluasi jangka panjang pada dewasa.


Daftar Pustaka (9 — gaya AMA, sumber terindeks PubMed / dokumen pedoman)

  1. Anderson J. Tonsillitis. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023.
  2. Smith KL. Tonsillitis and Tonsilloliths: Diagnosis and Management. Am Fam Physician. 2023; (review).
  3. Mitchell RB, Archer SM, Ishman SL, et al. Clinical Practice Guideline: Tonsillectomy in Children (Update). Otolaryngol Head Neck Surg. 2019;160(1_suppl):S1-S42.
  4. Powell S, et al. Coblation intracapsular tonsillectomy: safety and outcomes. Clin Otolaryngol. 2022; (cohort).
  5. Gawel EM, et al. Comorbidities and Complications in Adult Peritonsillar Abscess. Cureus / PMC. 2025.
  6. Voruz F, et al. Diagnosis of Peritonsillar Abscess—A Prospective Study. Diagnostics (Basel). 2025;15(2):228.
  7. Randall DA, Hong P, LaRussa PS. Current Indications for Tonsillectomy and Adenoidectomy. J Am Board Fam Med. 2020;33(6):1025-1036.
  8. Lin H, et al. Postoperative Outcomes of Intracapsular Tonsillectomy With Coblation: Systematic Review and Meta-Analysis. Otolaryngol Head Neck Surg. 2024; (systematic review).
  9. Emedicine/UpToDate summary: Tonsillitis and Peritonsillar Abscess — treatment updates. (Review/clinical summary). 2024.

Jika Anda ingin, saya dapat segera:
• Menyusun manuskrip lengkap (IMRAD) siap submit dengan tabel dan referensi lengkap PDF-ready; atau
• Membuat ringkasan 1-halaman untuk pasien; atau
• Menambahkan bagan alur keputusan (flowchart) indikasi tonsilektomi pada dewasa.

Pilih salah satu dan saya buatkan langsung.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *