Adenoid: Peran, Gangguan, dan Penatalaksanaan pada Anak dan Dewasa
Yudhasmara Sandiaz, Judarwanto Widodo
RSIA Bunda Jakarta
Abstrak
Adenoid merupakan jaringan limfoid di nasofaring yang berperan penting dalam pertahanan imun pada masa kanak-kanak. Hiperplasia adenoid dapat menyebabkan obstruksi jalan napas atas, infeksi telinga berulang, dan gangguan kualitas hidup. Kondisi ini paling sering ditemukan pada anak usia 3–7 tahun namun juga dapat berdampak pada orang dewasa terutama bila ada faktor alergi, infeksi kronis, atau predisposisi anatomis.
Artikel ini membahas aspek epidemiologi, patofisiologi imun, etiologi, tanda dan gejala, diagnosis, diagnosis banding, komplikasi, penanganan konservatif dan operatif, serta pencegahan. Hubungan adenoid dengan alergi makanan dan infeksi berulang juga dibahas sebagai salah satu faktor pencetus inflamasi kronis. Dengan pendekatan multidisiplin, terapi yang optimal dapat mengurangi risiko komplikasi seperti otitis media efusi, sleep-disordered breathing, dan gangguan pertumbuhan.
Pendahuluan
Adenoid merupakan bagian dari cincin Waldeyer yang berperan dalam sistem imun mukosa. Pada anak, struktur ini aktif merespons paparan antigen inhalan maupun makanan. Namun pada sebagian individu, stimulasi antigen berulang dapat menyebabkan hiperplasia, inflamasi kronis, dan gangguan obstruktif pada nasofaring. Kondisi ini sering menjadi penyebab utama gangguan napas saat tidur, mendengkur, dan infeksi telinga berulang.
Peran alergi, terutama alergi makanan dan alergi inhalan, dalam memperberat inflamasi adenoid semakin banyak diteliti. Kondisi seperti rinitis alergi, sinusitis, dan gastroesophageal reflux disease (GERD) dapat memperburuk hipertrofi adenoid. Pemahaman faktor pemicu dan manifestasi klinis penting dalam menentukan diagnosis dan tata laksana yang tepat untuk mencegah komplikasi jangka panjang.
Epidemiologi
Hiperplasia adenoid paling sering ditemukan pada anak usia 2–8 tahun, dengan angka kejadian tertinggi pada usia 3–6 tahun. Setelah usia 10 tahun, jaringan adenoid umumnya mengalami involusi fisiologis.
Studi menunjukkan bahwa sekitar 20–30% anak mengalami adenoid hipertrofi yang menimbulkan gejala klinis, terutama pada mereka dengan riwayat alergi atau infeksi saluran napas atas berulang. Hubungan antara adenoid hipertrofi dengan otitis media efusi sangat kuat, dengan prevalensi mencapai 40–60% pada kasus tertentu.
Pada dewasa, adenoid hipertrofi relatif jarang, namun dapat terjadi pada individu dengan rinitis alergi kronis, paparan polutan jangka panjang, atau infeksi kronis seperti sinusitis. Faktor imunologis juga berperan dalam mempertahankan jaringan limfoid ini hingga usia dewasa.
Definisi Klinis
Adenoid adalah jaringan limfoid yang terletak di atap dan dinding posterior nasofaring. Adenoid hipertrofi merupakan kondisi pembesaran jaringan adenoid yang menyebabkan gejala obstruksi atau infeksi kronis.
Secara klinis, adenoiditis mengacu pada inflamasi akut atau kronis jaringan adenoid akibat infeksi atau alergi. Kondisi ini ditandai dengan pembengkakan dan peningkatan produksi mukus yang dapat menyumbat nasofaring dan tuba Eustachius.
Adenoid hipertrofi klinis biasanya dipertimbangkan bila terjadi gejala khas seperti pernapasan mulut kronis, mendengkur, sleep apnea ringan, atau keluhan telinga akibat gangguan ventilasi tuba.
Penyebab
1. Infeksi Berulang
- Infeksi virus maupun bakteri saluran napas atas berulang dapat menyebabkan inflamasi kronis pada jaringan adenoid. Organisme seperti Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Moraxella catarrhalis sering ditemukan dalam kultur adenoid.
2. Alergi (Inhalan dan Makanan)
- Alergi inhalan seperti debu rumah, tungau, dan polen berperan besar dalam hiperplasia adenoid. Alergi makanan dapat memicu inflamasi sistemik yang memperberat edema mukosa nasofaring dan meningkatkan respons hiperplastik jaringan limfoid.
3. Faktor Lingkungan dan Anatomi
- Paparan asap rokok, polusi udara, overcrowding, dan anatomi kraniomaksilofasial tertentu dapat meningkatkan risiko obstruksi nasofaring dan inflamasi kronis adenoid.
Imunopatofisiologi
Respon imun adenoid terutama melibatkan sistem imun mukosa (MALT). Stimulasi antigen berulang menyebabkan aktivasi limfosit B dan T serta peningkatan produksi IgA sekretori.
Pada kondisi hiperplasia, terjadi proliferasi folikel limfoid yang dipicu oleh paparan antigen kronis dari infeksi atau alergen. Hal ini meningkatkan inflamasi lokal dan menyebabkan obstruksi mekanis.
Alergi makanan dapat meningkatkan permeabilitas mukosa dan reaktivitas imun sistemik, yang kemudian mempengaruhi jaringan limfoid daerah nasofaring melalui mekanisme inflamasi Th2.
Tanda dan Gejala Adenoid Hipertrofi
| Tanda/Gejala | Deskripsi Klinis |
|---|---|
| Pernapasan mulut kronis | Anak lebih sering bernapas melalui mulut, terutama saat tidur |
| Mendengkur / Obstruksi tidur | Terdapat suara ngorok, henti napas sesaat, sleep-disordered breathing |
| Suara sengau (hyponasal) | Resonansi suara berkurang akibat obstruksi nasofaring |
| Otitis media efusi | Cairan di telinga tengah akibat disfungsi tuba Eustachius |
| Pilek kronis / post-nasal drip | Produksi mukus berlebih dan inflamasi menetap |
| Wajah adenoid (adenoid facies) | Mulut terbuka, wajah memanjang, maloklusi |
Gejala adenoid hipertrofi terutama muncul akibat obstruksi mekanis pada nasofaring. Anak sering bernapas melalui mulut karena saluran napas hidung tersumbat. Kebiasaan ini dapat berlanjut hingga menyebabkan perubahan bentuk wajah, maloklusi gigi, dan gangguan pertumbuhan maksila.
Gangguan tidur seperti mendengkur, gelisah, atau henti napas sementara terjadi akibat hambatan aliran udara saat tidur. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan tidur kronis, penurunan konsentrasi, dan masalah perilaku.
Otitis media efusi terjadi karena obstruksi tuba Eustachius. Cairan yang terperangkap menyebabkan gangguan pendengaran sementara dan meningkatkan risiko infeksi telinga berulang, terutama pada anak dengan predisposisi alergi.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan melalui:
- Riwayat klinis (gejala obstruktif, infeksi berulang, alergi)
- Pemeriksaan fisik
- Nasofaringoskopi (gold standard untuk visualisasi adenoid)
- Foto lateral nasofaring (menilai ukuran adenoid relatif terhadap airway)
- Tympanometri bila dicurigai otitis media efusi
Diagnosis Banding
- Rinitis alergi
- Sinusitis kronis
- Tonsil hipertrofi
- Deviated nasal septum
- Tumor nasofaring (pada dewasa)
Komplikasi
- Otitis media efusi atau otitis media berulang
- Sleep-disordered breathing / OSA
- Gangguan pertumbuhan wajah (adenoid facies)
- Sinusitis kronis
- Gangguan bicara dan pendengaran
Penanganan
Konservatif
- Intranasal corticosteroid
- Antihistamin bila ada alergi
- Terapi imunologi pada rinitis alergi
- Antibiotik bila terdapat infeksi akut
- Manajemen alergi makanan bila terbukti menjadi pencetus
Indikasi Operasi (Adenoidektomi)
- Obstruksi napas berat dengan sleep-disordered breathing
- Otitis media efusi kronis (>3 bulan) dengan gangguan pendengaran
- Sinusitis kronis yang tidak responsif terhadap terapi medis
- Perubahan bentuk wajah (adenoid facies)
- Infeksi berulang nasofaring yang menyebabkan gangguan fungsi
Pencegahan
- Menghindari pajanan alergen inhalan dan makanan pencetus.
- Menghindari paparan asap rokok dan polusi udara.
- Meningkatkan kebersihan lingkungan dan ventilasi rumah.
- Menangani rinitis alergi sejak dini untuk mencegah hiperplasia jaringan limfoid.
Point of View
Adenoid hipertrofi merupakan contoh nyata interaksi kompleks antara infeksi, alergi, dan respon imun mukosa. Pada era modern dengan peningkatan paparan polutan, gaya hidup urban, dan alergi makanan yang meningkat, hiperplasia adenoid menjadi semakin sering ditemukan. Pendekatan diagnosis kini tidak dapat hanya melihat aspek anatomis saja, tetapi harus mempertimbangkan faktor imunologis dan alergi.
Melibatkan dokter anak, THT, ahli alergi, dan edukasi keluarga sangat penting. Tujuan tidak hanya menghilangkan obstruksi, tetapi mengembalikan kualitas hidup anak serta mencegah kerusakan jangka panjang pada pertumbuhan wajah, tidur, dan perkembangan anak.
Daftar Pustaka
- Brietzke SE, Shin JJ, Choi S, et al. Clinical consensus statement: Pediatric adenoidectomy. Otolaryngol Head Neck Surg. 2020.
- Caylakli F, Hizalan I, Yilmaz I. Adenoid hypertrophy and chronic nasal obstruction in children. Int J Pediatr Otorhinolaryngol. 2021.
- Modrzynski M, Zawisza E. An analysis of frequency of adenoid hypertrophy in children with allergies. Int J Pediatr. 2022.
- Bluestone CD, Doyle WJ. Anatomy and physiology of the eustachian tube. Pediatr Ann. 2020.
- Saafan ME, Ibrahim WS. Role of allergy in adenoid hypertrophy. Am J Rhinol Allergy. 2021.
- Suzuki M, Watanabe T. Pathophysiology of adenoid hypertrophy and sleep apnea. Sleep Med Rev. 2023.
- Maw AR, Parker AJ. Adenoidectomy and otitis media with effusion: meta-analysis. BMJ. 2020.
- Brook I. Bacterial colonization of adenoids. Ann Otol Rhinol Laryngol. 2021.
- Keles B, Ozturk K. Adenoid size and its impact on nasal airway obstruction. Clin Otolaryngol. 2019.










Leave a Reply