Sinusitis pada Anak dan Dewasa: Tinjauan Klinis, Patofisiologi, Diagnosis, dan Penatalaksanaan
Yudhasmara Sandiaz; Widodo Judarwanto
Rumah Sakit Bunda Jakarta
Abstrak
Sinusitis (acute rhinosinusitis — ARS; chronic rhinosinusitis — CRS) adalah inflamasi mukosa rongga hidung dan sinus paranasal yang sering dijumpai pada anak dan dewasa. Diagnosis klinis berdasar durasi, pola gejala, dan temuan objektif; pengobatan meliputi pengobatan suportif, antibiotik selektif pada indikasi, terapi topikal nasal (kortikosteroid, saline), dan pendekatan interdisipliner untuk CRS refrakter yang mungkin memerlukan pembedahan. Pada anak, sinusitis akut berkembang sebagai komplikasi sebagian kecil dari infeksi saluran napas atas; pada dewasa, CRS berdampak besar pada kualitas hidup dan produktivitas. Artikel ini merangkum epidemiologi, imunopatofisiologi, diagnosis, komplikasi, manajemen medis, serta indikasi pembedahan berdasarkan pedoman internasional terkini
Pendahuluan
- Sinusitis mencakup spektrum penyakit dari ARS (biasanya <4 minggu), subakut (4–12 minggu), hingga CRS (>12 minggu). Manifestasi klinik dipengaruhi umur, faktor anatomi, status imun, dan komorbiditas (alergi, asma, mukosilier dysfunction). Diagnosis dan manajemen memerlukan pendekatan klinis yang sistematis untuk membedakan infeksi bakteri dari proses viral atau inflamasi kronis.
- Pada anak, seringkali adenoid hipertrofi dan infeksi ulang dari saluran pernapasan atas memodulasi perjalanan penyakit; pada dewasa, CRS seringkali berhubungan dengan polip hidung, alergi, atau penyakit sistemik. Pendekatan evidence-based (AAP, EPOS, IDSA) menekankan penggunaan kriteria klinis durasi/pola gejala, terapi simtomatik, dan intervensi terarah untuk kasus yang tidak merespon
Epidemiologi
- Untuk anak, insiden sinusitis akut sebagai komplikasi URTI dilaporkan sekitar 6–8% dari semua URTI pediatrik yang berkonsultasi, dengan puncak pada usia prasekolah dan usia sekolah awal. Prevalensi CRS pada anak bervariasi menurut studi dan definisi; beberapa laporan menunjukkan angka 4–10% tergantung populasi dan metode diagnosis.
- Pada dewasa, CRS merupakan kondisi kronik yang prevalensinya dilaporkan bervariasi secara internasional—estimasi prevalensi global berkisar antara ~5–12% tetapi bergantung pada kriteria (self-report vs. CT-confirmed); beban penyakit meningkat pada beberapa wilayah seiring waktu. CRS juga terkait dengan komorbiditas signifikan seperti asma dan polisinusitis.
- Faktor risiko meliputi: riwayat alergi/atopi, paparan polutan/rokok, kelainan anatomi (deviated septum), adenoid hipertrofi pada anak, gastroesophageal reflux (kontroversial), dan imunodefisiensi sekunder/primer. Perubahan mikrobiota dan resistensi antibiotik juga memengaruhi pola klinis dan outcome
Definisi Klinis
- Acute Rhinosinusitis (ARS): gejala ≤4 minggu; kriteria klinis untuk menandai kemungkinan ABRS (acute bacterial rhinosinusitis) meliputi: persistent illness >10 hari tanpa perbaikan; severe onset (demam tinggi ≥39°C dan purulen nasal ≥3 hari berturut-turut); atau worsening course (perbaikan awal lalu memburuk). Pedoman AAP/IDSA memakai kriteria ini untuk membatasi penggunaan antibiotik.
- Recurrent ARS (RARS): ≥4 episode ARS per tahun dengan interval bebas gejala di antaranya. Chronic Rhinosinusitis (CRS): gejala ≥12 minggu dengan minimal 2 gejala (salah satu: nasal obstruction atau nasal discharge) ± facial pressure ± hyposmia, dan konfirmasi endoskopi/CT bila perlu. EPOS2020 mendefinisikan CRS pada anak & dewasa secara rinci.
- Pada anak, gejala seringkali tidak khas (batuk, nasal discharge, nyeri wajah kadang sulit diekspresikan), sehingga diagnosis bergantung pada pola waktu dan respons terapi; pengukuhan dengan gambar (CT) hanya bila komplikasi atau plan pembedahan dipertimbangkan.
Penyebab
- Infeksi Virus & Bakteri: Banyak ARS dimulai sebagai infeksi virus URTI; bakteri sekunder (Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae non-typable, Moraxella catarrhalis pada anak) dapat menyebabkan ABRS. Pada dewasa, flora serupa dominan pada ABRS akut, sedangkan CRS sering melibatkan bakteri komensal, biofilm, dan pengaruh sinonasal microbiome.
- Alergi & Inflamasi Non-infeksi: Alergi atopik memicu inflamasi mukosa, meningkatkan risiko obstruksi ostiomeatal dan sekunder sinusitis. CRSwNP (CRS dengan polip) sering dikaitkan dengan fenotip eosinofilik dan poliposis yang berulang, sedangkan CRSsNP (tanpa polip) cenderung bernuansa neutrofilik/infeksi kronis tergantung daerah.
- Faktor Anatomi & Sistemik: Deviated septum, concha bullosa, adenoid hipertrofi (pada anak), kelainan mukosilier (mis. cystic fibrosis), dan kondisi imunologis (imunodefisiensi) meningkatkan risiko sinusitis kronis atau berulang. Faktor lingkungan (polusi, asap rokok) memperburuk gejala.
Imunopatofisiologi (
- Inflamasi mukosa sinus bermula dari insult epitel (virus, alergi, polutan) → disfungsi mukosiliar → stasis mukus, obstruksi ostium → kolonisasi mikroba dan pembentukan biofilm pada beberapa kasus kronis. Respon epitel-imun innate (toll-like receptors, defensins) berperan dalam kontrol awal, dan gangguan respons ini predisposisikan infeksi persisten.
- Pada CRS, terjadi heterogenitas imun — fenotip eosinofilik (sering terkait dengan polip, Th2-skewed cytokine profile: IL-4, IL-5, IL-13), fenotip neutrofilik (lebih umum di beberapa populasi Asia), serta peranan sel T, B, dan IgE lokal; imunitas adaptif dan respons antibody mucosal memengaruhi kronifikasi.
- Biofilm dan mikrobiota yang berubah dapat menyebabkan resistensi terhadap terapi antibiotik, serta menginduksi respon inflamasi kronis — oleh karena itu manajemen CRS sering membutuhkan pendekatan anti-inflamasi (nasal steroid, terapi biologik untuk CRSwNP tertentu) selain kontrol infeksi.
Tabel Tanda dan Gejala
| Kelompok gejala | Anak | Dewasa |
|---|---|---|
| Nasal discharge (anterior/posterior drip) | +++ (sering purulen pada ABRS) | +++ |
| Nasal obstruction/konstipasi | ++ | +++ |
| Batuk (terutama malam) | +++ | + |
| Nyeri/tekanan wajah / cefalea | +/- (sering sulit komunikasikan) | +++ |
| Demam | +/- (lebih sering pada ABRS akut) | +/- |
| Hyposmia/anosmia | kurang dilaporkan | ++–+++ (lebih pada CRS/CRSwNP) |
| Komplikasi orbit / intracranial | jarang tetapi serius | jarang tetapi serius |
Pada anak, batuk dan nasal discharge berlanjut adalah gejala yang paling sering memicu kecurigaan sinusitis setelah URTI; demam dan nyeri wajah sering tidak spesifik, sehingga kriteria durasi/perburukan lebih diandalkan.
Pada dewasa, gejala khas seperti nasal obstruction, facial pressure, dan gangguan penciuman (hyposmia) lebih menonjol pada CRS; penilaian endoskopi dan skor gejala (SNOT-22) membantu kuantifikasi beban penyakit.
Nyeri periorbital berat, edema periorbital, gangguan gerak bola mata, penurunan penglihatan, keterbelahan sensorik; tanda-tanda sistemik berat atau neurologis mengarah pada komplikasi orbit atau intracranial yang memerlukan rujukan darurat.
Diagnosis
- Kriteria klinis utama (lihat definisi di atas): durasi dan pola gejala menjadi penentu awal; pemeriksaan fisik lengkap termasuk endoskopi nasal jika tersedia.
- Imaging: CT sinus non-kontras (bone windows + soft tissue) adalah gold standard untuk visualisasi anatomis dan perencanaan bedah pada CRS atau bila komplikasi dicurigai; rontgen sinus tidak direkomendasikan untuk penegakan ABRS rutin.
- Mikrobiologi: Kultur sinus (endoskopik aspirate) umumnya tidak diperlukan pada ABRS superfisial; dipertimbangkan bila gagal terapi atau sebelum pembedahan. Pada komplikasi (orbital/intracranial) kultur darah/abses diperlukan.
Diagnosis Banding
- Upper respiratory tract infection (viral) persisten
- Alergi rhinitis / vasomotor rhinitis
- Adenoiditis (pada anak)
- Dental infection (maxillary odontogenic sinusitis)
- Migraine / tension headache (nyeri wajah tanpa discharge)
- Neoplasma sinonasal (jarang; perlu dicurigai bila unilateral, perdarahan, massa)
Komplikasi
- Orbital: periorbital cellulitis, subperiosteal abses, orbital abses, trombosis sinus kavernosus — terutama pada anak (frontal/ethmoid infections dengan penyebaran ke orbital).
- Intrakranial: meningitis, epidural/ subdural abses, cerebritis — kebutuhan rujukan gawat darurat.
- Sistemik/chronic: bronkitis rekuren, eksaserbasi asma, penurunan kualitas hidup kronis, komplikasi akibat obat (mis. efek samping antibiotik).
Penanganan Umum
- Terapi suportif awal (ARS ringan–sedang): dekongestan intranasal pendek (<3 hari untuk topikal vasoconstrictor jika dipakai), saline nasal irrigation, analgesik/antipiretik, intranasal corticosteroid (untuk inflamasi). Banyak ARS viral membaik tanpa antibiotik.
- Antibiotik: diberikan secara selektif untuk ABRS bila memenuhi kriteria AAP/IDSA (persistent >10 hari tanpa perbaikan; severe onset; atau worsening). Pilihan awal dewasa: amoksisilin ± klavulanat (sesuaikan riwayat alergi/risiko resistensi). Durasi terapi disarankan singkat-sefektif tergantung respons klinis.
- CRS non-polip: terapi intranasal steroid jangka panjang, saline irrigation, pengobatan komorbid (allergy, reflux), pertimbangkan short course oral steroid pada eksaserbasi berat. Pada CRSwNP: kombinasi kortikosteroid topikal/ oral, pertimbangkan terapi biologik untuk penyakit eosinofilik yang sulit dikendalikan sesuai kriteria.
- Rujukan ke ENT: bila gejala berat, kegagalan terapi optimal, adanya komplikasi orbit/intrakranial, atau bila pembedahan dipertimbangkan. Imaging dan endoskopi diperlukan sebelum tindakan bedah perencanaan.
Indikasi Operasi
- Komplikasi akut yang mengancam nyawa atau fungsi: orbital abses, subperiosteal abses yang memerlukan drainase, trombosis sinus kavernosus, atau abses intracranial (indikasi operasi/bedah emergensi).
- CRS yang persisten dan refrakter terhadap terapi medis optimal selama minimal 12 minggu (nasal steroid, saline, kontrol komorbid, kadang short course oral steroid) dan berdampak signifikan pada kualitas hidup.
- Nasal polyposis besar yang menyebabkan obstruksi jalan napas, anosmia yang menetap, atau gagal terapi medis — termasuk pertimbangan FESS + polypectomy dan/atau terapi adjuvan (biologik jika memenuhi kriteria).
- Recurrent acute rhinosinusitis (≥4 episode/tahun) yang tidak responsif terhadap manajemen preventif konservatif dan menurunkan kualitas hidup; pembedahan dipertimbangkan untuk mengoreksi faktor anatomis atau drainase yang menghambat.
- Penyakit sinonasal terkait kondisi spesifik yang membutuhkan pembedahan (mis. mucocoele yang besar, neoplasma disangka, odontogenic sinusitis yang memerlukan koreksi fokus dental/anatomis). Pada anak, adenoidectomy ± FESS dipertimbangkan terutama bila adenoid menjadi reservoir infeksi.
(Catatan praktis: sebelum FESS pada anak, adenoidectomy sering dipertimbangkan terlebih dahulu; indikasi absolut termasuk komplikasi orbit/intrakranial atau tumor tersangka).
Pencegahan
- Kontrol faktor risiko & komorbiditas: pengelolaan alergi (imunoterapi bila indikasi), penghentian asap rokok, pengendalian polusi dalam ruangan.
- Vaksinasi & pencegahan infeksi: vaksin influenza dan vaksinasi pneumokokus pada kelompok risiko sesuai pedoman dapat menurunkan kejadian URTI berat/sequela.
- Higiene nasal & perawatan topikal: saline nasal irrigation rutin pada individu dengan CRS atau riwayat berulang untuk membantu clearing mukus dan mengurangi eksaserbasi.
- Intervensi anatomi bila perlu: koreksi septum signifikan atau manajemen odontogenik yang mendasari dapat mencegah kejadian berulang setelah evaluasi ENT.
Point of View
Manajemen sinusitis harus bersifat bertingkat: memprioritaskan diagnosis klinis berbasis durasi/pola gejala, menghindari penggunaan antibiotik yang berlebihan pada kasus viral, dan menerapkan pengobatan anti-inflamasi jangka panjang pada CRS. Kolaborasi pediatri, alergologi, dan ENT memastikan identifikasi komorbiditas (mis. adenoiditis, asma) dan menentukan kapan intervensi bedah diperlukan. Pedoman internasional (AAP, IDSA, EPOS) menyediakan kerangka kerja yang praktis dan evidence-based untuk praktik klinis sehari-hari.
Daftar Pustaka
- Wald ER, Applegate KE, Bordley C, et al. Clinical practice guideline for the diagnosis and management of acute bacterial sinusitis in children aged 1 to 18 years. Pediatrics. 2013;132(1):e262–e280.
- Chow AW, Benninger MS, Brook I, et al. IDSA clinical practice guideline for acute bacterial rhinosinusitis in children and adults. Clin Infect Dis. 2012;54(8):e72–e112.
- Fokkens WJ, Lund VJ, Hopkins C, et al. European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps 2020 (EPOS2020). Rhinology Supplement. 2020. (EPOS2020 executive summary & full supplement).
- Leung AKC, Robson WL, Davies HD. Acute bacterial sinusitis in children: an updated review. Paediatr Child Health. 2020; (review article / PMC).
- Quintanilla-Dieck L, et al. Chronic rhinosinusitis in children. Int J Pediatr Otorhinolaryngol. 2018; (review, PMC).
- Sedaghat AR. Epidemiology of Chronic Rhinosinusitis: Prevalence and Risk Factors. J Allergy Clin Immunol Pract. 2022; (review).
- Alshehri AM, et al. Prevalence and clinical presentation of sinusitis in pediatric populations. BMC Pediatr. 2021; (open access).
- Marglani O, et al. Management of chronic rhinosinusitis with nasal polyps: recent advances. Frontiers / review. 2023. (discusses biologics, EPOS2020 alignment).
- American Academy of Otolaryngology—Head and Neck Surgery (AAO-HNS). Clinical Indicators: Endoscopic Sinus Surgery, Pediatric. 2014 (clinical indicators for pediatric surgery; indications and red flags).












Leave a Reply