
Glaukoma: Penyakit Degeneratif Saraf Optik yang Menyebabkan Kebutaan Permanen
Abstrak
Latar belakang: Glaukoma merupakan sekelompok penyakit mata kronik yang ditandai oleh kerusakan progresif saraf optik, umumnya akibat peningkatan tekanan intraokular (TIO). Penyakit ini menjadi penyebab kebutaan permanen kedua terbanyak di dunia setelah katarak.
Tujuan: Artikel ini bertujuan untuk meninjau etiologi, patogenesis, tanda-gejala, penanganan, serta strategi pencegahan glaukoma berdasarkan data ilmiah terkini.
Metode: Tinjauan pustaka dilakukan terhadap publikasi ilmiah dari PubMed, JAMA Ophthalmology, dan American Academy of Ophthalmology (AAO) periode 2019–2024.
Hasil: Faktor risiko utama mencakup usia lanjut, riwayat keluarga, hipertensi okular, diabetes melitus, dan penggunaan steroid jangka panjang. Pemeriksaan tonometri dan visual field menjadi standar diagnosis.
Kesimpulan: Deteksi dini dan terapi penurunan TIO efektif memperlambat progresivitas penyakit. Edukasi dan pemeriksaan mata berkala penting untuk mencegah kebutaan akibat glaukoma.
Kata kunci: glaukoma, tekanan intraokular, saraf optik, kebutaan, tonometri.
Glaukoma adalah neuropati optik progresif yang ditandai dengan kehilangan sel ganglion retina dan kerusakan khas pada diskus optikus, biasanya disertai peningkatan tekanan intraokular (TIO). Tekanan tinggi ini menekan saraf optik di area kepala saraf (optic nerve head), menyebabkan atrofi serabut saraf dan gangguan lapang pandang secara bertahap.
Secara epidemiologis, glaukoma mempengaruhi lebih dari 76 juta orang di seluruh dunia pada tahun 2020, dan diprediksi meningkat menjadi 111 juta pada tahun 2040 (Tham et al., Ophthalmology, 2021). Kebutaan akibat glaukoma bersifat irreversibel, sehingga deteksi dini menjadi aspek paling penting dalam pencegahannya. Jenis glaukoma paling umum meliputi glaukoma sudut terbuka primer (POAG) dan glaukoma sudut tertutup (PACG).
Penyebab Glaukoma
- Peningkatan Tekanan Intraokular (TIO)
- Peningkatan tekanan intraokular terjadi akibat ketidakseimbangan antara produksi dan pengaliran cairan aqueous humor. Bila saluran pembuangan melalui trabecular meshwork atau kanal Schlemm tersumbat, cairan menumpuk dan meningkatkan tekanan dalam bola mata. Tekanan tinggi ini menekan saraf optik, memicu apoptosis sel ganglion retina.
- Penelitian Quigley et al., 2020 (JAMA Ophthalmology) menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 mmHg TIO meningkatkan risiko kerusakan saraf optik sebesar 10%.
- Faktor Genetik dan Herediter
- Riwayat keluarga dengan glaukoma meningkatkan risiko hingga 4–9 kali lipat. Mutasi pada gen MYOC (myocilin) dan OPTN (optineurin) telah dikaitkan dengan glaukoma sudut terbuka primer.
- Selain itu, variasi genetik pada CYP1B1 banyak ditemukan pada kasus glaukoma kongenital.
- Faktor Sistemik dan Lingkungan
- Penyakit sistemik seperti diabetes melitus, hipertensi arteri, hipotensi nokturnal, dan penggunaan glukokortikoid jangka panjang juga berkontribusi terhadap kerusakan saraf optik.
- Paparan toksin, stres oksidatif, dan gangguan mikrosirkulasi retina mempercepat kerusakan neuron retina.
Tanda dan Gejala Klinis Glaukoma
| Jenis Glaukoma | Tanda dan Gejala Klinis Utama |
|---|---|
| Glaukoma Sudut Terbuka Primer (POAG) | Onset perlahan, tanpa gejala awal; kehilangan penglihatan perifer bertahap; diskus optikus cekung; TIO meningkat >21 mmHg. |
| Glaukoma Sudut Tertutup (PACG) | Nyeri hebat mendadak, mata merah, sakit kepala, mual, muntah, penglihatan kabur, halo di sekitar cahaya, pupil melebar dan tidak reaktif. |
| Glaukoma Sekunder | Berkaitan dengan trauma, uveitis, diabetes, atau penggunaan steroid; gejala bervariasi sesuai penyebab. |
| Glaukoma Kongenital | Bayi dengan fotofobia, epifora (air mata berlebihan), kornea membesar dan keruh, sering digosok-gosok matanya. |
Penanganan Glaukoma
| Pendekatan Terapi | Tujuan | Contoh/Obat | Keterangan Klinis |
|---|---|---|---|
| Obat tetes mata penurun TIO | Menurunkan tekanan intraokular | Prostaglandin analog (Latanoprost, Bimatoprost), Beta-blocker (Timolol), CA inhibitor (Dorzolamide), Alpha-agonist (Brimonidine), Rho kinase inhibitor (Netarsudil) | Terapi lini pertama untuk POAG; digunakan seumur hidup |
| Terapi oral | Menurunkan TIO sementara | Asetazolamid, Metazolamid | Digunakan bila terapi topikal tidak cukup efektif |
| Terapi laser | Meningkatkan drainase trabekular atau menurunkan produksi aqueous | Trabekuloplasti laser selektif (SLT), Iridotomi laser (untuk PACG) | Efektif pada pasien refrakter terhadap obat |
| Pembedahan | Membuat jalur baru aliran aqueous | Trabekulektomi, Drainage shunt implant (Ahmed valve) | Dilakukan bila terapi medis dan laser gagal |
| Neuroprotektif dan antioksidan | Melindungi saraf optik dari kerusakan oksidatif | Vitamin B12, Ginkgo biloba, CoQ10 | Masih dalam tahap penelitian tambahan |
Pencegahan
- Pemeriksaan Mata Rutin Pemeriksaan berkala merupakan langkah paling efektif untuk mencegah kebutaan akibat glaukoma. Pemeriksaan tonometri, funduskopi, dan tes lapang pandang direkomendasikan setiap 1–2 tahun untuk usia di atas 40 tahun, atau lebih sering bagi mereka yang memiliki faktor risiko tinggi.
- Edukasi dan Deteksi Dini Sebagian besar pasien glaukoma tidak menyadari penyakitnya hingga tahap lanjut. Oleh karena itu, edukasi masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan mata meski tanpa gejala sangat krusial. Program skrining populasi risiko tinggi (diabetes, hipertensi, keluarga glaukoma) perlu digalakkan.
- Gaya Hidup Sehat Konsumsi makanan tinggi antioksidan (vitamin C, E, lutein, zeaxanthin), olahraga teratur, dan manajemen stres dapat membantu mempertahankan sirkulasi darah ke saraf optik. Menghindari merokok, alkohol berlebihan, serta penggunaan kortikosteroid tanpa pengawasan medis juga penting.
- Tindak Lanjut Teratur Pasien Glaukoma Pasien yang telah didiagnosis harus menjalani kontrol berkala untuk evaluasi tekanan intraokular dan lapang pandang. Kepatuhan terhadap terapi topikal menjadi kunci keberhasilan jangka panjang dalam mencegah progresivitas kebutaan.
Kesimpulan
Glaukoma adalah neuropati optik kronik progresif yang dapat menyebabkan kebutaan permanen bila tidak terdeteksi dini. Penyebab utamanya adalah peningkatan tekanan intraokular, namun faktor genetik, sistemik, dan lingkungan turut berperan. Pemeriksaan rutin, terapi topikal, serta intervensi laser atau bedah bila diperlukan mampu menurunkan risiko kehilangan penglihatan. Edukasi masyarakat dan skrining dini merupakan strategi pencegahan paling efektif untuk mengurangi beban kebutaan akibat glaukoma di masyarakat.












Leave a Reply