DOKTER AIRLANGGA

SMART PEOPLE, SMART HEALTH

Bagaimana Penuaan Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi Anda

 

Penuaan adalah proses alami yang diiringi oleh berbagai perubahan dalam tubuh, termasuk kehilangan massa otot, penipisan kulit, dan penurunan produksi asam lambung. Beberapa perubahan ini dapat meningkatkan risiko defisiensi nutrisi, sementara yang lain dapat memengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan.  Memahami kebutuhan nutrisi pada usia lanjut sangat penting untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan.

Seiring bertambahnya usia, kebutuhan nutrisi seseorang mengalami perubahan akibat berbagai faktor fisiologis. Metabolisme tubuh cenderung melambat, sehingga kebutuhan kalori menurun, tetapi kebutuhan akan nutrisi esensial seperti protein, vitamin, dan mineral tetap tinggi atau bahkan meningkat. Misalnya, asupan protein yang cukup diperlukan untuk mencegah kehilangan massa otot (sarkopenia), sedangkan kalsium dan vitamin D menjadi lebih penting untuk menjaga kesehatan tulang dan mencegah osteoporosis. Selain itu, perubahan pada sistem pencernaan, seperti penurunan produksi asam lambung, dapat mengurangi penyerapan nutrisi tertentu seperti vitamin B12 dan zat besi, yang berisiko menyebabkan anemia atau gangguan saraf.

Selain perubahan fisiologis, faktor lain seperti menurunnya nafsu makan, perubahan fungsi indera perasa, serta kondisi kesehatan kronis dapat mempengaruhi pola makan dan pemenuhan kebutuhan nutrisi. Lansia mungkin lebih rentan terhadap dehidrasi karena berkurangnya sensitivitas terhadap rasa haus, sehingga asupan cairan harus diperhatikan. Selain itu, konsumsi serat yang cukup penting untuk menjaga kesehatan pencernaan dan mencegah sembelit, yang umum terjadi pada usia lanjut. Oleh karena itu, pola makan yang seimbang dengan fokus pada makanan kaya nutrisi, seperti sayuran, buah-buahan, biji-bijian utuh, dan protein berkualitas tinggi, sangat dianjurkan untuk menjaga kesehatan dan kualitas hidup di usia lanjut.

Perubahan Nutrisi pada Lansia

1. Penurunan Asupan Kalori tetapi Peningkatan Kebutuhan Nutrisi

Seiring bertambahnya usia, kebutuhan kalori cenderung menurun akibat penurunan aktivitas fisik dan massa otot. Namun, meskipun kebutuhan kalori berkurang, kebutuhan beberapa nutrisi seperti protein, vitamin D, kalsium, dan vitamin B12 tetap tinggi atau bahkan meningkat. Oleh karena itu, lansia perlu mengonsumsi makanan yang kaya nutrisi untuk mencegah defisiensi tanpa meningkatkan risiko obesitas.

2. Pentingnya Asupan Protein untuk Mencegah Sarcopenia

Sarcopenia, atau kehilangan massa otot terkait usia, merupakan salah satu tantangan utama dalam penuaan. Rata-rata, seseorang dapat kehilangan 3-8% massa otot per dekade setelah usia 30 tahun. Penelitian menunjukkan bahwa asupan protein yang cukup serta latihan ketahanan dapat membantu mencegah dan mengurangi dampak sarcopenia.

3. Peran Serat dalam Kesehatan Pencernaan

Konstipasi adalah masalah umum pada lansia, terutama karena penurunan aktivitas fisik dan konsumsi obat-obatan tertentu. Asupan serat yang cukup dapat membantu melancarkan pencernaan dan mencegah penyakit divertikular, yang sering terjadi pada populasi usia lanjut. Sumber serat yang baik termasuk sayuran hijau, buah-buahan, kacang-kacangan, dan biji-bijian utuh.

4. Kebutuhan Kalsium dan Vitamin D untuk Kesehatan Tulang

Seiring bertambahnya usia, tubuh menjadi kurang efisien dalam menyerap kalsium, yang dapat meningkatkan risiko osteoporosis dan patah tulang. Selain itu, produksi vitamin D juga menurun akibat berkurangnya kemampuan kulit untuk mensintesis vitamin ini dari sinar matahari. Oleh karena itu, lansia disarankan untuk meningkatkan konsumsi makanan kaya kalsium seperti produk susu dan sayuran hijau, serta mengonsumsi suplemen vitamin D jika diperlukan.

5. Risiko Defisiensi Vitamin B12

Vitamin B12 penting untuk produksi sel darah merah dan kesehatan fungsi otak. Namun, sekitar 10-30% orang berusia di atas 50 tahun mengalami penurunan kemampuan menyerap vitamin B12 dari makanan karena berkurangnya produksi asam lambung. Oleh karena itu, lansia dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang diperkaya vitamin B12 atau suplemen.

6. Peran Kalium, Omega-3, Magnesium, dan Zat Besi

  • Kalium: Membantu mengontrol tekanan darah dan mencegah risiko penyakit jantung.
  • Omega-3: Berperan dalam menjaga kesehatan jantung dan fungsi kognitif.
  • Magnesium: Penting untuk metabolisme energi dan fungsi otot.
  • Zat Besi: Defisiensi zat besi dapat menyebabkan anemia, yang sering terjadi pada lansia akibat penurunan asupan dan penyerapan zat besi.

Dehidrasi dan Penurunan Nafsu Makan

1. Risiko Dehidrasi

Lansia lebih rentan terhadap dehidrasi karena penurunan sensitivitas terhadap rasa haus dan berkurangnya fungsi ginjal dalam mempertahankan cairan tubuh. Dehidrasi kronis dapat menyebabkan kelelahan, gangguan fungsi kognitif, dan penurunan kemampuan tubuh dalam menyerap obat-obatan. Oleh karena itu, penting bagi lansia untuk secara sadar meningkatkan asupan cairan, misalnya dengan minum satu hingga dua gelas air setiap kali makan.

2. Penurunan Nafsu Makan

Beberapa faktor seperti perubahan hormon, kehilangan gigi, efek samping obat-obatan, serta perubahan pada indera penciuman dan perasa dapat menyebabkan penurunan nafsu makan. Jika tidak ditangani, kondisi ini dapat menyebabkan penurunan berat badan yang tidak disengaja dan defisiensi nutrisi. Cara mengatasi masalah ini termasuk makan dalam porsi kecil tetapi lebih sering serta memilih makanan padat gizi seperti kacang-kacangan, yogurt, dan telur rebus.

Kesimpulan

Penuaan dapat menyebabkan berbagai perubahan yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi seseorang. Beberapa nutrisi seperti protein, serat, kalsium, vitamin D, vitamin B12, dan omega-3 menjadi semakin penting seiring bertambahnya usia. Selain itu, risiko dehidrasi dan penurunan nafsu makan juga harus diperhatikan untuk menjaga kesehatan secara optimal. Oleh karena itu, pola makan yang kaya nutrisi serta hidrasi yang cukup sangat penting dalam menjaga kualitas hidup lansia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *