DOKTER AIRLANGGA

SMART PEOPLE, SMART HEALTH

Kardiomiopati: Klasifikasi, Patofisiologi, Manifestasi Klinis, dan Penatalaksanaan

 

Kardiomiopati merupakan penyakit otot jantung yang mengakibatkan gangguan fungsi pompa jantung. Penyakit ini dapat bersifat primer (genetik) atau sekunder akibat kondisi tertentu seperti infeksi, alkoholisme, atau penyakit metabolik. Kardiomiopati dibagi menjadi beberapa jenis utama, yaitu dilatasi, hipertrofik, dan restriktif. Gejala yang timbul sangat bervariasi, mulai dari sesak napas, kelelahan, hingga henti jantung mendadak. Penanganan disesuaikan dengan jenis dan keparahan penyakit, meliputi terapi obat-obatan, pemasangan alat pacu jantung, hingga transplantasi jantung pada kasus berat.

Pendahuluan

Kardiomiopati adalah gangguan struktur atau fungsi otot jantung yang tidak disebabkan oleh penyakit jantung koroner, hipertensi, penyakit katup, atau kelainan kongenital. Penyakit ini menyebabkan jantung kesulitan memompa darah ke seluruh tubuh secara efektif, yang pada akhirnya berujung pada gagal jantung atau aritmia.

Prevalensi kardiomiopati terus meningkat seiring dengan kemajuan metode diagnostik dan peningkatan kesadaran masyarakat akan kesehatan jantung. Faktor risiko kardiomiopati meliputi riwayat keluarga, infeksi virus, konsumsi alkohol berlebihan, penyakit autoimun, serta gangguan metabolik tertentu.

Patofisiologi

Pada kardiomiopati dilatasi, ventrikel jantung mengalami pelebaran disertai penurunan kontraktilitas, sehingga kemampuan memompa darah menurun. Perubahan ini memicu remodeling jantung dan aktivasi sistem neurohormonal, seperti sistem renin-angiotensin-aldosteron, yang justru memperburuk kondisi jantung.

Sebaliknya, kardiomiopati hipertrofik ditandai dengan penebalan dinding otot jantung, terutama ventrikel kiri, tanpa disertai pelebaran ruang jantung. Penebalan ini dapat menghambat aliran darah keluar dari jantung dan meningkatkan risiko aritmia. Sementara kardiomiopati restriktif menyebabkan dinding jantung menjadi kaku, membatasi pengisian darah di ruang jantung.

Tanda dan Gejala

Gejala utama kardiomiopati adalah sesak napas, terutama saat beraktivitas atau berbaring. Hal ini disebabkan oleh penurunan fungsi pompa jantung, sehingga terjadi penumpukan cairan di paru-paru.

Kelelahan berlebih juga sering dikeluhkan pasien kardiomiopati karena jaringan tubuh tidak mendapat suplai darah dan oksigen yang optimal. Kondisi ini dapat membatasi aktivitas fisik sehari-hari.

Selain itu, pasien dapat mengalami palpitasi, pusing, atau bahkan sinkop (pingsan) akibat aritmia atau aliran darah ke otak yang tidak mencukupi. Pada kasus berat, kardiomiopati dapat menyebabkan edema tungkai, nyeri dada, dan henti jantung mendadak.

Penanganan

Penatalaksanaan kardiomiopati bergantung pada jenis dan tingkat keparahan penyakit. Terapi obat-obatan menjadi lini pertama, seperti ACE-inhibitor, beta-blocker, diuretik, dan antikoagulan untuk mengontrol gejala dan memperlambat progresivitas penyakit.

Pada kasus tertentu, pemasangan alat seperti implantable cardioverter defibrillator (ICD) atau cardiac resynchronization therapy (CRT) diperlukan untuk mencegah aritmia fatal dan meningkatkan fungsi pompa jantung.

Jika pengobatan medis dan alat bantu tidak efektif, transplantasi jantung menjadi pilihan terakhir untuk pasien dengan kardiomiopati stadium lanjut yang tidak responsif terhadap terapi konvensional.

Kesimpulan

Kardiomiopati merupakan penyakit otot jantung yang serius dengan berbagai manifestasi klinis. Deteksi dini, pengelolaan yang tepat, dan pemantauan rutin sangat penting untuk memperbaiki prognosis pasien. Penanganan kardiomiopati mencakup terapi obat, pemasangan alat, dan transplantasi jantung pada kasus refrakter. Pemahaman mendalam mengenai jenis, patofisiologi, dan gejala kardiomiopati menjadi kunci utama dalam menentukan strategi terapi yang efektif.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *