DOKTER AIRLANGGA

SMART PEOPLE, SMART HEALTH

Otitis Media pada Anak dan Dewasa: Tinjauan Klinis, Imunopatofisiologi, dan Penatalaksanaan

Otitis Media pada Anak dan Dewasa: Tinjauan Klinis, Imunopatofisiologi, dan Penatalaksanaan

Yudhasmara Sandiaz; Judarwanto Widodo
Rumah Sakit Bunda Jakarta

Abstrak

Otitis media (OM) mencakup spektrum penyakit yang melibatkan rongga telinga tengah, mulai dari otitis media akut (AOM), otitis media with effusion (OME) hingga chronic suppurative otitis media (CSOM). OM sangat umum pada anak-anak dan tetap memberikan beban klinis, sosial, dan ekonomi yang besar; dewasa dapat terkena AOM, komplikasi, atau berdampak akibat penyakit kronik. Penatalaksanaan ditentukan oleh tipe (AOM, OME, CSOM), usia, keparahan, dan faktor risiko (mis. atopi, paparan asap rokok, kelainan anatomi). Intervensi medis meliputi analgesia, pengobatan topikal dan/atau sistemik bila perlu, dan pengawasan konservatif; intervensi bedah (tympanostomy tube, mastoidectomy) dipertimbangkan pada indikasi tertentu. Artikel ini merangkum epidemiologi, definisi klinis, etiologi, imunopatofisiologi, presentasi klinis, diagnosis, diagnosis banding, komplikasi, strategi pengobatan termasuk 5 indikasi operasi, pencegahan, dan perspektif klinis berbasis literatur dan pedoman terkini.

Pendahuluan

  • Otitis media adalah inflamasi dan/atau infeksi rongga telinga tengah yang biasa terjadi setelah infeksi saluran napas atas. Pada anak, AOM merupakan salah satu penyebab kunjungan dokter paling sering—penyakit ini berkontribusi pada konsumsi antibiotik, kehilangan jam sekolah, dan potensi gangguan pendengaran sementara yang dapat berdampak pada perkembangan bahasa. Pada dewasa, AOM lebih jarang tetapi dapat muncul dengan presentasi yang lebih berat atau sebagai komplikasi dari penyakit kronik.
  • Klasifikasi utama OM meliputi AOM (dengan tanda-tanda peradangan akut dan cairan telinga tengah), OME (efusi tanpa tanda infeksi akut), dan CSOM (perforasi timpani persisten dengan keluarnya sekret >6 minggu). Manajemen modern menekankan penilaian klinis yang teliti, penggunaan analgesik adekuat, strategi pengawasan terarah untuk menurunkan overtreatment antibiotik, serta kriteria yang jelas untuk rujukan bedah (mis. tympanostomi). Pedoman internasional menyediakan kriteria diagnostik dan manajemen yang evidence-based.

Epidemiologi

  1. Anak-anak: OM paling sering menyerang anak usia balita; insiden AOM puncak pada usia 6–24 bulan. Laporan besar menunjukkan bahwa sebagian besar anak mengalami setidaknya satu episode AOM pada usia 3 tahun. OME sangat umum setelah episode AOM dan sering berlangsung beberapa minggu hingga bulan; sebagian kecil berkembang menjadi CSOM terutama di negara berpenghasilan rendah. Beban penyakit tetap tinggi secara global.
  2. Dewasa: AOM pada usia dewasa jarang dibanding anak tetapi dapat terjadi, terutama pada orang dengan faktor predisposisi (trauma, barotrauma, imunokompromis, atau penyakit faring yang menyebar). CSOM lebih sering terjadi pada populasi dengan akses layanan kesehatan terbatas. Secara global, prevalensi dan beban sequela (pendengaran) tetap signifikan.
  3. Faktor risiko & tren: Faktor risiko utama meliputi paparan asap rokok, kehadiran adenoid hipertrofi, penyakit atopi/rinitis alergika, daycare, kurangnya ASI eksklusif, dan keberadaan keluarga genetik predisposisi. Vaksinasi (influenza, pneumokokus) telah menurunkan insiden beberapa patogen penyebab AOM pada populasi yang tervaksinasi. Data global terkini menunjukkan masih terjadi beban penyakit besar terutama di negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Definisi Klinis 

  1. Acute Otitis Media (AOM): onset akut gejala dengan tanda-tanda peradangan telinga tengah (timpanik merah/menonjol, nyeri telinga, demam), disertai cairan di tengah telinga yang dapat dibuktikan dengan otoskopi/tympanometri. Pedoman AAP memberikan kriteria diagnostik untuk membedakan AOM dari OME dan mengarahkan keputusan pemberian antibiotik.
  2. Otitis Media with Effusion (OME): adanya cairan di telinga tengah tanpa tanda-tanda klinis infeksi akut; sering timbul setelah AOM atau menyertai disfungsi tuba Eustachius. OME dapat menyebabkan gangguan pendengaran konduktif yang mempengaruhi perkembangan bahasa jika menetap pada anak.
  3. Chronic Suppurative Otitis Media (CSOM): definisi meliputi perforasi timpani dengan keluarnya sekret kronis (>6 minggu), sering disertai penyakit kronik rongga telinga tengah yang memerlukan manajemen topikal dan kadang bedah (mastoidectomy) bila meluas. CSOM memiliki implikasi risiko pendengaran permanen dan komplikasi intracranial pada kasus berat.

Penyebab

  1. Etiologi mikrobiologis: bakteri klasik penyebab AOM termasuk Streptococcus pneumoniae, non-typeable Haemophilus influenzae, dan Moraxella catarrhalis; virus URTI (RSV, influenza, rhinovirus) sering menjadi pemicu awal dan memfasilitasi invasi bakteri sekunder. Pada CSOM dan OME kronik, flora lebih kompleks dan kadang termasuk bakteri gram-negatif dan anaerob.
  2. Faktor host & anatomi: adenoid hipertrofi, disfungsi tuba Eustachius, kelainan mukosilier (mis. cystic fibrosis, primary ciliary dyskinesia), status imun, dan kondisi atopi menyebabkan predisposisi infeksi berulang atau persisten. Paparan asap rokok dan lingkungan daycare meningkatkan risiko transmisi patogen.
  3. Determinant sosial & kesehatan masyarakat: keterbatasan akses layanan kesehatan, nutrisi buruk, dan keterlambatan penanganan dapat meningkatkan risiko perkembangan CSOM di beberapa populasi. Program imunisasi dan intervensi pencegahan dapat mengubah profil etiologi dan menurunkan beban penyakit.

Imunopatofisiologi

  1. Insiden AOM sering dimulai dengan infeksi virus upper airway yang merusak epitel mukosa nasofaring dan tuba Eustachius → disfungsi ventilasi tuba → akumulasi sekret di telinga tengah. Epitel yang terganggu memudahkan kolonisasi bakteri dan pembentukan biofilm pada mukosa telinga tengah yang berkontribusi pada kronifikasi.
  2. Respon imun lokal melibatkan aktivasi innate immunity (sel epitel, sel dendritik, neutrofil), produksi mukus, dan pelepasan sitokin proinflamatori. Pada anak dengan atopi, profil Th2 dapat memodulasi respons mukosa sehingga memperburuk disfungsi tuba dan predisposisi OME/AOM berulang.
  3. Biofilm dan reservoir mikroba (mis. pada adenoid) menjelaskan mengapa beberapa kasus OME/CSOM resisten terhadap terapi antibiotik sistemik — eliminasi fokus infeksi (adenoidectomy, tympanostomy tube drainage, atau pembedahan mastoid) dapat menjadi langkah krusial pada pasien terpilih.

Tanda dan Gejala 

Gejala / TandaAnakDewasa
Nyeri telinga (otalgia)+++ (sering)++
Demam+++
Keluarnya cairan (otorrhea)+ (jika perforasi/CSOM)+
Gangguan pendengaran konduktif++–+++ (terutama OME/CSOM)++
Rewel / gangguan tidur / menolak makan+++ (pada bayi/anak kecil)
Tanda komplikasi (swelling, nyeri mastoid)jarang tapi seriusjarang

Anak sering menunjukkan gejala akut seperti demam, nyeri telinga, rewel, dan gangguan tidur atau makan. Inspeksi telinga dengan otoskopi (lihat timpani menonjol/erithematic) serta penilaian mobilitas timpani (pneumatoskop/tympanometri) adalah kunci eksplorasi.

Dewasa mungkin mengalami presentasi yang kurang khas (nyeri, blok telinga), dan AOM harus dibedakan dari kondisi lain (otitis eksterna, barotrauma). Otorrhea menandakan perforasi timpani atau CSOM.

Tanda bahaya: Pembengkakan retroaurikular (mastoiditis), perdarahan, tanda-syaraf kranial, atau adanya tanda sistemik berat mengindikasikan komplikasi (mastoiditis, abses intracranial) yang memerlukan rujukan segera dan penilaian bedah.

Diagnosis

  • Kriteria klinis AOM pada anak: akut onset, tanda peradangan (nyeri/erithemic/menonjolnya timpani), dan bukti cairan di telinga tengah (otoskopi, oftalmic mobility/reduced mobility, tympanometri). Pedoman AAP menyediakan panduan praktis mengenai pemeriksaan otoskopi dan kriteria diagnosis AOM.
  • OME: diagnosis dengan bukti efusi tanpa tanda peradangan akut (tympanometri tipe B atau flat). Observasi selama hingga 3 bulan dianjurkan pada banyak kasus sebelum tindakan bedah kecuali gangguan pendengaran bermakna.
  • CSOM: terlihat perforasi timpani persistens dengan otorrhea kronik; kultur sekret dapat membantu terapi topikal. Imaging (CT mastoid) bila dicurigai mastoiditis atau komplikasi.

Diagnosis Banding

  • Otitis eksterna (external ear infection)
  • Barotrauma / Eustachian tube barotrauma
  • Temporomandibular joint pain (referral pain)
  • Pharyngitis / tonsillitis (referred otalgia)
  • Foreign body in ear (pediatric)
  • Malignansi atau granulomatous disease (pada presentasi kronik unilateral pada dewasa)

Komplikasi

  • Mastoiditis akut (nyeri, edema retroaurikular, protrusi aurikel) — bedah darurat bila meluas.
  • Perforasi timpani yang menetap / CSOM → risiko kehilangan pendengaran konduktif permanen.
  • Absces dan komplikasi intracranial (sinus sagittalis, epidural abses, meningitis) pada kasus yang tidak ditangani.
  • Gangguan perkembangan bahasa dan belajar pada anak dengan OME kronik yang tidak ditangani.

Penanganan

A. AOM (anak)

  1. Analgesia adekuat (paracetamol/ibuprofen) adalah prioritas pertama. Untuk banyak anak ≥2 tahun dengan gejala ringan, strategi “watchful waiting” 48–72 jam (tergantung usia dan keparahan) dianjurkan dalam pedoman untuk mengurangi penggunaan antibiotik yang tidak perlu. Antibiotik (amoksisilin dosis tinggi) diberikan bila kriteria AOM bakteri terpenuhi atau kondisi berat/usia <6 bulan/risiko komplikasi.
  2. Antibiotik lini pertama: Amoksisilin (dosis tinggi: 80–90 mg/kg/hari terbagi dua) kecuali alergi; amoksisilin-klavulanat dipertimbangkan bila gagal terapi awal atau risiko β-lactamase. Durasi tergantung usia dan respons klinis.

B. OME

  • Observasi hingga 3 bulan jika tidak ada gangguan pendengaran signifikan atau tanda perkembangan bahasa terancam; tympanostomy tube (dengan/ tanpa adenoidectomy) dipertimbangkan bila OME bilateral >3 bulan dengan gangguan pendengaran terdokumentasi atau efek perkembangan. Pedoman AAO-HNS memberi kriteria indikasi.

C. CSOM

  • Terapi topikal (antiseptik/antibiotik tetes) untuk kontrol infeksi lokal; rujukan ENT bila perforasi kronis atau komplikasi; mastoidectomy bila penyakit meluas atau tidak responsif pada terapi konservatif. Kultur sekret dapat membantu pengobatan topikal terarah.

D. Rujukan & Bedah

  • Rujukan ke ENT bila gagal terapi, OME persistens, CSOM, tanda mastoiditis atau komplikasi intracranial. Intervensi bedah sesuai indikasi (lihat daftar 5 indikasi operasi di bawah).

Indikasi Operasi berbasis pedoman & bukti

  1. Tympanostomy tube insertion (grommet) untuk anak dengan OME bilateral yang persisten >3 bulan dan adanya gangguan pendengaran terdokumentasi atau gangguan perkembangan bahasa/tingkah laku terkait; juga dipertimbangkan bila OME berulang menyebabkan morbiditas.
  2. Tympanostomy tube ± adenoidectomy pada anak dengan OME kronis yang tidak merespon terapi konservatif, terutama bila disertai adenoid hipertrofi atau infeksi berulang.
  3. Mastoidectomy (dengan/ tanpa tympanoplasty) untuk CSOM yang tidak merespon terapi topikal/medis atau bila ada penyakit mastoid yang meluas, abses subperiosteal, atau erosi tulang.
  4. Tympanoplasty untuk perforasi timpani menetap yang menyebabkan gangguan pendengaran signifikan dan tidak sembuh spontan setelah masa observasi yang wajar.
  5. Intervensi darurat bedah (contoh: drainase abses intracranial, mastoidectomy darurat) bila komplikasi serius seperti mastoiditis akut dengan abses atau tanda-tanda neurologis.

Pencegahan

  1. Imunisasi: vaksinasi pneumokokus, influenza, dan vaksin lain sesuai pedoman dapat menurunkan insiden AOM yang disebabkan patogen tertentu.
  2. Promosi ASI eksklusif & pengurangan daycare berisiko tinggi: ASI eksklusif menurunkan risiko AOM pada bayi; strategi pengurangan paparan patogen (kebersihan, pengaturan daycare) juga membantu.
  3. Hentikan paparan asap rokok: bukti kuat bahwa paparan asap meningkatkan risiko AOM, OME, dan infeksi berulang.
  4. Manajemen adenoid/rinitis alergi: identifikasi dan penanganan faktor predisposisi (adenoid hipertrofi, atopi) dapat mengurangi frekuensi infeksi berulang; adenoidectomy pada pasien terpilih mengurangi reservoir mikroba.

Point of View 

  • Otitis media tetap menjadi masalah penting pada anak dan memiliki implikasi perkembangan bila tidak ditangani tepat. Pendekatan modern menekankan keseimbangan antara pengobatan efektif—terutama analgesia dan selektif penggunaan antibiotik—dengan pengawasan terarah untuk intervensi bedah bila indikasi jelas (OME persistens, gangguan pendengaran, CSOM, komplikasi). Kolaborasi multi-disipliner (anak, ENT, audiologi, alergi) dan program pencegahan populasi (vaksinasi, anti-rokok, ASI) adalah kunci untuk menurunkan beban penyakit.

Daftar Pustaka

  1. Lieberthal AS, Carroll AE, Chonmaitree T, et al. The diagnosis and management of acute otitis media. Pediatrics. 2013;131(3):e964-e999.
  2. StatPearls Contributors. Acute Otitis Media. StatPearls [Internet]. 2023 Feb. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. Available from: NCBI Bookshelf.
  3. Rosenfeld RM, Shin JJ, Schwartz SR, et al. Clinical Practice Guideline: Tympanostomy Tubes in Children — Update 2022. (AAO-HNSF guideline update). Otolaryngol Head Neck Surg. 2022; (guideline update).
  4. Rosenfeld RM, Koch BL, et al. Clinical Practice Guideline: Otitis Media with Effusion (Update). Otolaryngol Head Neck Surg. 2016.
  5. Onifade A, Adekunle O, et al. Epidemiology of chronic suppurative otitis media: systematic review 2025. Int J Pediatr Otorhinolaryngol. 2025; (systematic review).
  6. Harmes KM. Otitis Media: Diagnosis and Treatment. Am Fam Physician. 2013; (review article).
  7. World / Global burden references: Wang HY, et al. Global, regional, and national epidemiology of otitis media in children — 2025. (PMC article). 2025.
  8. Cochrane / Systematic evidence on adenoidectomy/tympanostomy: MacKeith S, Hobson R, Maw A, et al. Adenoidectomy and tympanostomy tubes for OME: review. Cochrane review / related analysis. 2022.
  9. Emedicine / UpToDate review articles on otitis media (2014–2024 updates). Acute otitis media—guideline & practice summaries. eMedicine/Medscape. 2024.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *