Gizi dan Nutrisi Lansia: Rekomendasi WHO dan Bukti Ilmiah
Abstrak
Penuaan menyebabkan perubahan fisiologis, metabolik, dan psikososial yang berdampak langsung pada status gizi lansia. WHO menekankan pentingnya asupan makro dan mikronutrien yang seimbang, pencegahan sarkopenia, hidrasi adekuat, serta pendekatan individualized nutrition care. Artikel ini meninjau prinsip gizi lansia, rekomendasi intake nutrisi, serta bukti ilmiah dari jurnal terindeks PubMed terkait pencegahan malnutrisi, frailty, obesitas sarcopenic, dan dukungan kognitif.
Pendahuluan
Penuaan merupakan proses biologis yang mempengaruhi hampir seluruh sistem tubuh, termasuk metabolisme, sistem muskuloskeletal, serta fungsi imun. Penurunan kemampuan mengunyah, berkurangnya sensitivitas rasa, gangguan penyerapan nutrien, dan penyakit komorbid meningkatkan risiko malnutrisi pada lansia. WHO melaporkan bahwa hingga 22% lansia di komunitas dan lebih dari 50% lansia di fasilitas perawatan mengalami malnutrisi atau risiko malnutrisi.
Selain itu, lansia rentan mengalami sarcopenia, frailty, osteoporosis, serta penurunan kognitif. Faktor sosial seperti kesepian, akses makanan rendah, dan kemampuan masak menurun turut memperburuk status nutrisi. Oleh karena itu, perawatan gizi lansia membutuhkan pendekatan komprehensif berupa diet seimbang, suplementasi bila diperlukan, dan modifikasi gaya hidup yang terukur sesuai rekomendasi WHO, FAO, dan pedoman geriatri global terbaru.
Prinsip Gizi dan Nutrisi Lansia
- Energi Moderat & Berbasis Kualitas
- Kebutuhan energi menurun 20–30% dari usia muda, namun kebutuhan protein dan mikronutrien tetap atau meningkat.
- Protein Tinggi untuk Cegah Sarcopenia
- WHO dan European Society for Clinical Nutrition merekomendasikan 1.0–1.2 g/kgBB/hari (lebih tinggi bila ada sarkopenia: 1.2–1.5 g/kg).
- Sumber: ikan, telur, susu, protein nabati, daging rendah lemak.
- Lemak Sehat
- Dominan dari PUFA & MUFA: minyak zaitun, kacang, alpukat.
- Batasi lemak jenuh <10% total energi.
- Karbohidrat Kompleks
- Utamakan whole grain untuk mencegah diabetes dan konstipasi.
- Serat 25–30 g/hari.
- Hidrasi Optimal
- Minim 1.6–2.0 L/hari, disesuaikan kondisi jantung dan ginjal.
- Mikronutrien Penting
- Vitamin D, B12, B6, kalsium, magnesium, seng, dan folat.
- WHO menekankan vitamin D sebagai nutrien kunci untuk kesehatan tulang dan otot lansia.
- Nutrisi untuk Kognisi
- Pola makan Mediterania dan DASH terbukti mendukung memori, mencegah demensia (Journal of Alzheimer’s Disease 2023).
- Pencegahan Malnutrisi & Frailty
- Skrining MUST, MNA, dan intervensi diet berbasis protein + aktivitas fisik resistensi.
Tabel Rekomendasi Nutrisi & Gizi Lansia (WHO, FAO, Jurnal Ilmiah)
| Komponen Nutrisi | Rekomendasi / Angka Acuan | Keterangan Ilmiah |
|---|---|---|
| Energi | ± 1600–2200 kkal/hari (laki-laki), 1400–1800 (perempuan) | Disesuaikan aktivitas & komorbid; mencegah overweight & sarcopenic obesity |
| Protein | 1.0–1.2 g/kgBB/hari (1.2–1.5 untuk sarkopenia) | Mendukung sintesis otot, imun, penyembuhan luka |
| Lemak | 25–35% energi; jenuh <10% | Utamakan PUFA/MUFA |
| Karbohidrat | 45–60% energi | Pilih karbohidrat kompleks |
| Serat | 25–30 g/hari | Mencegah konstipasi, diabetes |
| Vitamin D | 800–1000 IU/hari | Mencegah osteoporosis; banyak lansia defisiensi |
| Kalsium | 1200 mg/hari | Didukung kombinasi vitamin D |
| Vitamin B12 | 2.4 mcg/hari (lebih tinggi bila malabsorpsi) | Penting untuk kognisi & pembentukan darah |
| Air / Hidrasi | 1.6–2.0 L/hari | Risiko dehidrasi tinggi pada lansia |
| Antioksidan (A, C, E, polifenol) | sesuai AKG | Menurunkan stres oksidatif dan risiko demensia |
Rekomendasi gizi untuk lansia menekankan keseimbangan antara memenuhi kebutuhan fisiologis dan mencegah kelebihan energi. Protein yang cukup memegang peranan utama dalam pencegahan sarkopenia, sementara vitamin D, kalsium, dan magnesium penting untuk kesehatan tulang. Serat tinggi membantu mencegah konstipasi yang umum pada lansia karena motilitas usus menurun. Asupan air minimal 1.6–2.0 liter sangat penting karena lansia sering mengalami gangguan rasa haus sehingga mudah dehidrasi.
Selain itu, nutrisi seperti omega-3, polifenol, dan vitamin B12 berkaitan dengan peningkatan fungsi kognitif dan pencegahan demensia menurut berbagai studi PubMed. Pola makan Mediterania (tinggi sayur, buah, ikan, minyak zaitun) terbukti menurunkan risiko penyakit jantung, stroke, dan penurunan memori. Lansia dengan penyakit kronis membutuhkan penyesuaian nutrisi individual sesuai rekomendasi WHO Clinical Nutrition Guidance.
Tabel diet yang harus dihindari lansia,
Lansia harus menghindari makanan tinggi gula, garam, lemak jenuh, daging olahan, serta karbohidrat olahan karena dapat memperburuk diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung yang umum pada usia lanjut, sementara makanan pedas-asam dan makanan keras meningkatkan risiko iritasi lambung dan kesulitan mengunyah yang berujung pada malnutrisi; selain itu, kafein tinggi, alkohol, dan makanan mentah berisiko dapat menyebabkan gangguan tidur, dehidrasi, infeksi, serta penurunan kognisi yang makin memperburuk kondisi kesehatan lansia secara keseluruhan.
Tabel Makanan & Pola Diet yang Harus Dihindari Lansia
| Kategori | Contoh | Alasan Ilmiah (Risiko pada Lansia) |
|---|---|---|
| Makanan tinggi gula sederhana | Gula pasir, minuman manis, kue manis, sirup | Mempercepat diabetes, memperburuk resistensi insulin, meningkatkan risiko demensia dan peradangan |
| Karbohidrat sangat olahan | Roti putih, mie instan, biskuit | Menyebabkan lonjakan gula darah, memicu obesitas, memperparah konstipasi |
| Gorengan & makanan tinggi lemak jenuh | Gorengan, santan berlebihan, daging berlemak | Meningkatkan LDL, risiko penyakit jantung, stroke |
| Makanan tinggi garam (sodium) | Kerupuk, makanan kaleng, saus botolan, mi instan | Memicu hipertensi, memperberat gagal jantung, memicu edema |
| Daging olahan | Sosis, nugget, kornet | Tinggi garam, nitrit, meningkatkan risiko kanker kolon & penyakit jantung |
| Makanan sangat pedas atau asam | Sambal ekstrem, cuka, jeruk berlebihan | Mengiritasi lambung, memperburuk gastritis & GERD |
| Minuman berkafein tinggi | Kopi pekat, energy drinks, teh sangat kental | Memicu dehidrasi, gangguan tidur, meningkatkan detak jantung |
| Minuman beralkohol | Semua jenis alkohol | Mengganggu kognisi, fungsi hati, meningkatkan risiko jatuh |
| Makanan keras / sulit dikunyah | Kacang utuh, daging sangat keras | Menyulitkan makan, risiko aspirasi, memperburuk malnutrisi |
| Makanan rendah protein tapi tinggi kalori | Snack manis, keripik, wafer | Memperparah sarcopenic obesity & malnutrisi protein |
| Makanan mentah tertentu | Telur mentah, ikan mentah | Risiko infeksi karena imunitas lansia menurun |
| Pemanis buatan berlebihan | Aspartame, sakarin, sucralose | Mengganggu mikrobiota usus & memperburuk toleransi glukosa |
Pola makan yang salah pada lansia dapat memperburuk kondisi kesehatan yang sudah rentan, terutama diabetes, hipertensi, penyakit jantung, dan gangguan metabolik. WHO menekankan bahwa makanan tinggi gula, garam, dan lemak jenuh harus dibatasi karena dapat mempercepat penurunan fungsi pembuluh darah dan meningkatkan risiko stroke. Selain itu, makanan yang terlalu keras atau sulit dikunyah dapat menyebabkan penurunan asupan nutrisi, aspirasi, dan malnutrisi. Lansia juga lebih sensitif terhadap dehidrasi dan gangguan tidur, sehingga konsumsi kafein dan makanan tinggi natrium harus dikendalikan.
Dari sisi pencernaan dan sistem imun, makanan pedas, asam, atau mentah meningkatkan risiko iritasi lambung, infeksi, dan peradangan, karena kekuatan mukosa dan respons imun lansia sudah melemah. Penelitian geriatri juga menunjukkan bahwa konsumsi daging olahan dan makanan kalori kosong memperburuk kondisi sarcopenic obesity, yaitu gabungan kehilangan massa otot dan penumpukan lemak. Dengan menghindari pola diet tersebut, lansia dapat menjaga kekuatan otot, kesehatan kognitif, stabilitas gula darah, dan kualitas hidup secara keseluruhan.
Saran
- Lakukan skrining gizi berkala menggunakan MNA atau MUST.
- Prioritaskan diet tinggi protein berkualitas dan rendah gula sederhana.
- Pertimbangkan suplementasi Vitamin D, B12, dan kalsium bila asupan kurang.
- Dorong aktivitas fisik harian, terutama latihan kekuatan untuk mencegah sarkopenia.
- Konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi bila ada penyakit kronis: ginjal, jantung, diabetes.
Kesimpulan
Pemenuhan gizi lansia merupakan kunci untuk mempertahankan kualitas hidup, fungsi otot, imunitas, dan kesehatan kognitif. WHO menekankan diet berimbang, asupan protein memadai, hidrasi cukup, dan suplementasi mikronutrien tertentu sebagai strategi utama. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa intervensi nutrisi yang tepat dapat menurunkan risiko sarkopenia, frailty, dan penurunan kognitif secara signifikan. Pendekatan individual dan berkelanjutan diperlukan untuk memastikan kesehatan lansia tetap optimal.







Leave a Reply