DOKTER AIRLANGGA

SMART PEOPLE, SMART HEALTH

Gizi Lansia dan Makanan yang Harus Dihindari: Rekomendasi WHO & Bukti Jurnal Ilmiah

Gizi Lansia dan Makanan yang Harus Dihindari: Rekomendasi WHO & Bukti Jurnal Ilmiah

Abstrak

Proses penuaan mengubah kebutuhan nutrisi dan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit kronis, malnutrisi, dan sarkopenia. WHO menekankan bahwa lansia membutuhkan pola makan yang kaya protein, mikronutrien esensial, serta rendah gula, garam, dan lemak jenuh. Selain memilih makanan bergizi tinggi, penting pula untuk menghindari makanan tertentu yang dapat memperburuk kondisi metabolik dan kesehatan jantung. Artikel ini merangkum rekomendasi WHO, prinsip nutrisi lansia, daftar makanan yang perlu dihindari, dan bukti ilmiah terkait kesehatan lansia dari jurnal internasional.

Pendahuluan

Penuaan mengakibatkan perubahan fisiologis termasuk menurunnya massa otot, fungsi pencernaan, sensitivitas insulin, dan daya tahan tubuh. Kondisi ini membuat lansia lebih rentan mengalami malnutrisi, frailty, sarkopenia, serta komplikasi metabolik seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung. WHO mencatat bahwa lebih dari 20% lansia mengalami risiko malnutrisi, terutama mereka yang memiliki keterbatasan makan, akses gizi terbatas, atau penyakit penyerta. Oleh karena itu, pemilihan makanan yang tepat dan menghindari makanan yang berisiko sangat penting untuk menjaga kualitas hidup lansia.

Pada saat yang sama, perubahan psikososial seperti kesepian, menurunnya nafsu makan, dan kesulitan mengunyah dapat menurunkan asupan nutrisi harian. Berdasarkan jurnal-jurnal geriatri modern, diet yang tidak tepat seperti konsumsi gula tinggi, makanan olahan, atau lemak berlebihan terbukti memperburuk peradangan, mempercepat penuaan, dan meningkatkan risiko penurunan kognitif. Karena itu, manajemen nutrisi berbasis rekomendasi WHO menjadi pijakan penting dalam intervensi kesehatan lansia baik di komunitas maupun fasilitas kesehatan.

Prinsip Nutrisi dan Gizi Lansia

  1. Kualitas energi lebih penting daripada jumlah energi
    Kebutuhan energi menurun, tetapi kebutuhan protein, vitamin, dan mineral justru meningkat.
  2. Protein cukup untuk mencegah sarkopenia
    Rekomendasi: 1.0–1.2 g/kgBB/hari, dan 1.2–1.5 g/kgBB pada lansia dengan sarkopenia.
  3. Lemak sehat dominan dari PUFA & MUFA
    Batasi lemak jenuh <10% total energi.
  4. Serat tinggi 25–30 g/hari
    Mencegah konstipasi dan memperbaiki kontrol glukosa.
  5. Asupan mikronutrien penting
    Vitamin D, B12, kalsium, magnesium, seng, dan folat merupakan komponen utama dalam pedoman WHO untuk lansia.
  6. Hidrasi optimal 1.6–2.0 L/hari
    Lansia sering tidak merasa haus sehingga rentan dehidrasi.
  7. Pola makan ramah kognisi
    Mediterania & DASH terbukti menurunkan risiko demensia (Journal of Alzheimer’s Disease, 2023).

Tabel Rekomendasi Gizi & Makanan yang Harus Dihindari Lansia

Komponen / KategoriRekomendasi WHO & Jurnal IlmiahKeterangan Klinis
Gula sederhana tinggiHindari: minuman manis, kue manisMengganggu kontrol glukosa, meningkatkan risiko diabetes & demensia
Garam tinggi (sodium)Batasi <5 g/hariMemicu hipertensi, gagal jantung, stroke
Lemak jenuh & transHindari gorengan, daging berlemak, margarinMemperburuk kolesterol & penyakit jantung
Daging olahanHindari sosis, nugget, kornetKandungan nitrit/nitrat meningkatkan risiko kanker & inflamasi
Karbohidrat olahanHindari mie instan, roti putih, biskuitMemicu obesitas & fluktuasi gula darah
Makanan pedas/asam berlebihanHindari sambal ekstrem, cukaGangguan lambung, refluks
Makanan keras/sulit dikunyahDaging sangat keras, kacang utuhRisiko aspirasi & malnutrisi
Kafein tinggiBatasi kopi pekat, teh kentalDehidrasi & gangguan tidur
AlkoholHindari semua bentukGangguan hati, jatuh, kebingungan
Makanan mentah berisikoTelur mentah, seafood mentahInfeksi karena imunitas rendah
Protein disarankan1.0–1.2 g/kgBB/hariUntuk mencegah sarcopenia & frailty
Vitamin D800–1000 IU/hariMenjaga tulang & otot
Serat25–30 g/hariCegah konstipasi
Air / Hidrasi1.6–2.0 L/hariKurangi risiko dehidrasi

Rekomendasi gizi lansia dari WHO menekankan pentingnya diet yang padat nutrisi namun rendah risiko metabolik. Makanan yang tinggi gula, garam, dan lemak jenuh terbukti secara konsisten dalam jurnal klinis sebagai pemicu peradangan sistemik, penurunan fungsi vaskular, dan gangguan metabolik seperti diabetes serta hipertensi. Kombinasi faktor tersebut sangat berbahaya bagi lansia yang umumnya memiliki fungsi organ—terutama jantung, ginjal, dan pembuluh darah—yang sudah melemah. Selain itu, konsumsi daging olahan dan karbohidrat olahan mempercepat kerusakan sel, memperburuk resistensi insulin, serta meningkatkan risiko kanker gastrointestinal.

Di sisi lain, makanan keras atau sulit dikunyah dapat mengurangi asupan nutrisi karena kesulitan makan, sementara makanan pedas atau asam memperburuk penyakit lambung yang sangat umum pada usia lanjut. Kafein berlebihan menyebabkan dehidrasi dan gangguan tidur, sedangkan alkohol dapat mempercepat penurunan kognitif dan meningkatkan risiko jatuh. Semua rekomendasi ini selaras dengan temuan jurnal ilmiah geriatri yang menunjukkan bahwa diet rendah risiko dapat meningkatkan fungsi kognitif, kekuatan otot, kesehatan tulang, dan kualitas hidup secara keseluruhan pada populasi lansia.

Saran

  1. Gunakan skrining gizi seperti MNA atau MUST setiap 3–6 bulan.
  2. Prioritaskan makanan tinggi protein berkualitas, buah, sayur, serta whole grain.
  3. Kurangi semua bentuk makanan olahan, makanan manis, dan makanan tinggi garam.
  4. Pertimbangkan suplementasi Vitamin D, B12, dan kalsium bila terdapat risiko defisiensi.
  5. Konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi bila terdapat kondisi penyerta seperti gagal ginjal, diabetes, atau penyakit jantung.

Kesimpulan

Gizi lansia harus difokuskan pada kualitas nutrisi yang optimal, terutama protein, vitamin D, kalsium, dan serat, serta penghindaran makanan berisiko tinggi seperti gula, garam, lemak jenuh, daging olahan, dan karbohidrat olahan. WHO dan berbagai jurnal ilmiah menegaskan bahwa pola makan sehat yang terstruktur terbukti menurunkan risiko penyakit kronis, meningkatkan fungsi otot, mengoptimalkan kesehatan kognitif, dan memperpanjang kualitas hidup. Pendekatan nutrisi lansia harus bersifat individual, berkelanjutan, dan berbasis bukti ilmiah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *