Penyalahgunaan NAPZA dan Alkohol pada Remaja di Indonesia: Analisis Klinis, Epidemiologi, dan Strategi Penanganan
Penulis, Yudhasmara Sandiaz¹, Widodo Judarwanto²
Abstrak
Penyalahgunaan Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) di kalangan remaja merupakan masalah kesehatan masyarakat yang semakin mengkhawatirkan. Studi ini bertujuan untuk mengkaji prevalensi, faktor risiko, manifestasi klinis, dan strategi penanganan serta pencegahan penyalahgunaan NAPZA dan alkohol di kalangan remaja Indonesia. Metode penelitian adalah tinjauan literatur deskriptif yang menggabungkan data nasional dan internasional terbaru. Hasil menunjukkan bahwa remaja yang terpapar NAPZA sering kali memiliki latar belakang keluarga disfungsional, rendahnya pemahaman risiko, dan tekanan teman sebaya. Secara klinis, penyalahgunaan NAPZA dapat menimbulkan gangguan fisik, psikiatrik, dan sosial, dengan gejala khas seperti perubahan perilaku, toleransi, dan gejala putus. Strategi penanganan yang efektif meliputi konseling, rehabilitasi berbasis komunitas, dukungan keluarga, intervensi sekolah, dan terapi medis bila diperlukan. Pencegahan harus menekankan edukasi, penguatan fungsi keluarga, kebijakan publik, dan program peer‑support. Kesimpulan: diperlukan pendekatan multi-sektoral dalam penanggulangan penyalahgunaan NAPZA remaja, dengan peran sentral keluarga, sekolah, dan fasilitas kesehatan.
Pendahuluan
Remaja adalah kelompok usia sangat rentan terhadap perilaku eksperimen, termasuk penggunaan zat aditif seperti NAPZA dan alkohol. Masa remaja ditandai oleh perkembangan fisik, psikologis, dan sosial yang pesat, sehingga dorongan untuk mencoba sesuatu yang baru sering muncul sebagai bagian dari eksplorasi identitas diri. Jika tidak ditangani, eksperimen dini pada zat adiktif dapat berkembang menjadi penyalahgunaan dan ketergantungan, yang berdampak jangka panjang pada kesehatan mental, fisik, dan sosial remaja.
Selain itu, penyalahgunaan NAPZA dan alkohol pada remaja bukan hanya persoalan individu tetapi juga masalah kolektif. Faktor-faktor sosial seperti tekanan teman sebaya, ketersediaan zat, dan dukungan keluarga yang kurang optimal memperparah risiko. Di Indonesia, meskipun data nasional masih terbatas, laporan dan survei menunjukkan bahwa konsumsi alkohol dan narkotika di kalangan remaja merupakan isu yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari sistem kesehatan, pendidikan, dan kebijakan publik.
Epidemiologi
Penyalahgunaan NAPZA pada remaja di Indonesia menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Dalam studi kesehatan masyarakat nasional, remaja dikutip sebagai salah satu kelompok paling rentan terhadap konsumsi alkohol dan zat terlarang. Misalnya, menurut data Riskesdas dan laporan BNN, sejumlah remaja telah mencoba alkohol pada usia remaja awal.
Selain itu, fungsi keluarga telah diidentifikasi sebagai faktor penting dalam epidemiologi penyalahgunaan NAPZA. Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa remaja dari keluarga dengan fungsi rendah (misalnya pengasuhan yang kurang hangat, komunikasi keluarga yang buruk) memiliki kemungkinan lebih tinggi menggunakan obat-obatan terlarang.
Definisi Klinis
Secara klinis, penyalahgunaan NAPZA pada remaja merujuk pada penggunaan zat secara non-medis yang menyebabkan gangguan fungsi dalam aspek biologis, psikologis, dan sosial. Penggunaan ini bisa terjadi dalam berbagai bentuk, misalnya penggunaan narkotika (ganja, opiat), psikotropika (obat penenang, stimulan), alkohol, dan zat adiktif lainnya.
Ketergantungan zat ditandai dengan toleransi (kebutuhan dosis lebih tinggi untuk efek yang sama) dan gejala putus zat (withdrawal) bila penggunaan dikurangi atau dihentikan. Remaja yang mengalami ketergantungan seringkali menunjukkan perubahan perilaku seperti isolasi sosial, perubahan suasana hati, dan penurunan kinerja sekolah.
Alkohol sebagai bagian dari NAPZA memiliki aspek klinis yang sedikit berbeda. Penggunaan alkohol pada remaja dapat menyebabkan efek akut seperti mabuk, gangguan koordinasi, dan risiko perilaku berbahaya (misalnya kecelakaan), serta efek kronis jika digunakan berulang, termasuk potensi kecanduan dan gangguan fungsi organ.
Penyebab dan Faktor Risiko
Ada berbagai faktor penyebab yang mendorong remaja untuk mulai menggunakan NAPZA dan alkohol, di antaranya:
- Faktor Individual: Remaja cenderung bereksperimen dan mencari sensasi baru. Rasa ingin tahu, keinginan untuk diterima dalam kelompok teman sebaya, serta kurangnya pemahaman mengenai risiko kesehatan meningkatkan kerentanan penggunaan awal zat aditif.
- Faktor Keluarga: Fungsi keluarga yang lemah, seperti komunikasi yang buruk, kurangnya pengawasan orang tua, konflik keluarga, atau riwayat penggunaan zat oleh anggota keluarga, menjadi faktor risiko signifikan. Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa remaja yang berasal dari keluarga dengan tingkat pendidikan rendah atau dukungan keluarga minim lebih rentan terhadap penyalahgunaan.
- Faktor Sosial dan Lingkungan: Tekanan teman sebaya (peer pressure), kemudahan akses ke obat dan alkohol, lingkungan sekolah yang tidak suportif, serta norma sosial yang membolehkan penggunaan zat tertentu memperkuat risiko. Teori interaksionisme simbolik juga menyebut bahwa interaksi sosial dan makna simbolik yang dibangun dalam kelompok teman bisa mendorong penggunaan zat.
Tanda dan Gejala
| Domain | Tanda / Gejala |
|---|---|
| Perilaku | Menurunnya prestasi sekolah, bolos, kehilangan minat kegiatan lama, isolasi sosial, berbohong tentang kegiatan. |
| Fisiologis | Toleransi (butuh dosis lebih besar), gejala putus (mual, gemetar, berkeringat), gangguan tidur, perubahan nafsu makan. |
| Psikologis / Emosional | Mood labil, kecemasan, depresi, iritabilitas, perubahan motivasi, ketidakmampuan mengendalikan penggunaan, keinginan kuat (craving). |
Perubahan perilaku (domain perilaku) sering menjadi tanda awal penyalahgunaan. Remaja mungkin menurun performa akademis, lebih sering bolos, dan menjauhi kegiatan yang dulu mereka sukai. Hal ini dapat disebabkan oleh komitmen waktu yang dialihkan ke penggunaan zat dan hubungan sosial yang berubah.
Dalam domain fisiologis, penggunaan zat secara terus-menerus menyebabkan tubuh menyesuaikan diri (toleransi), sehingga remaja butuh jumlah yang lebih tinggi untuk merasakan efek. Bila penggunaan dihentikan atau dikurangi, muncul gejala putus zat seperti mual, gemetar, keringat, yang memperkuat siklus ketergantungan.
Secara psikologis, remaja mungkin mengalami fluktuasi mood yang tajam — seperti kecemasan, depresi, dan iritabilitas — dan juga dorongan yang kuat untuk menggunakan zat (craving). Ini bisa menimbulkan konflik internal dan sosial, terutama bila mereka menyadari dampak negatif dari penggunaan tetapi merasa tidak mampu berhenti.
Penanganan
Berikut beberapa strategi penanganan yang direkomendasikan:
- Konseling dan Terapi Psikososial: Intervensi konseling individu dan kelompok dapat membantu remaja memahami motivasi penggunaan, mengembangkan keterampilan koping, dan memperkuat komitmen untuk berhenti.
- Rehabilitasi Berbasis Komunitas atau Klinik: Jika penyalahgunaan berat atau sudah terjadi ketergantungan, program rehabilitasi (inpatient atau outpatient) sangat penting, dengan pendekatan medis dan psikologis.
- Dukungan Keluarga: Melibatkan keluarga dalam terapi melalui terapi keluarga, parenting training, dan peningkatan komunikasi orang tua-remaja. Keterlibatan keluarga sangat krusial untuk pencegahan kambuh.
- Intervensi Sekolah: Program pencegahan di sekolah, seperti edukasi risiko NAPZA, peer‑support, dan pembentukan kelompok siswa pendukung (student peer groups), dapat mencegah penggunaan lebih lanjut dan menjangkau remaja di lingkungan sekolah.
- Terapi Medis Bila Diperlukan: Untuk beberapa remaja, terapi farmakologis mungkin diperlukan (misalnya obat untuk mengurangi gejala putus atau gangguan psikiatrik co‑morbid). Selain itu, pemantauan medis rutin dan evaluasi risiko kesehatan penting.
Pencegahan
Pencegahan penyalahgunaan NAPZA pada remaja sebaiknya dilakukan secara multi-layer:
- Pendidikan dan Edukasi: Menyediakan program edukasi di sekolah dan komunitas tentang bahaya NAPZA dan alkohol, termasuk efek jangka panjang dan konsekuensi sosial.
- Penguatan Fungsi Keluarga: Membina komunikasi keluarga, meningkatkan pengawasan orang tua, dan menyediakan program parenting yang mengajarkan keterampilan mendukung remaja serta deteksi dini masalah.
- Kebijakan Publik dan Regulasi: Mengadvokasi regulasi yang membatasi akses remaja ke alkohol dan narkotika, misalnya pembatasan penjualan, penegakan usia minimum, serta kampanye sosial anti-NAPZA.
- Program Peer‑Support dan Komunitas: Membangun kelompok sebaya (peer) pendukung serta kegiatan positif remaja (olahraga, seni, organisasi sekolah) untuk mengalihkan energi remaja dari eksperimen zat ke aktivitas konstruktif.
Kesimpulan
Penyalahgunaan NAPZA dan alkohol di kalangan remaja merupakan tantangan serius di Indonesia. Berdasarkan tinjauan epidemiologi, klinis, dan faktor risiko, intervensi multi-sektoral yang melibatkan remaja, keluarga, sekolah, dan kebijakan publik sangat penting. Pendekatan pencegahan harus proaktif melalui edukasi dan dukungan keluarga, sementara penanganan harus menyediakan jalur rehabilitasi dan terapi yang komprehensif. Untuk efektivitas jangka panjang, kerja sama lintas sektor harus diperkuat agar remaja dapat tumbuh dalam lingkungan yang aman, sehat, dan suportif.
Daftar Pustaka
- Oktriyanto, Oktriyanto; Amrullah, Hilma; Titisari, Anastasia Septya. Family Function and Misuse of Drug in Adolescents in Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2020.
- Saleh, Hesty Damayanti; Rokhmah, Dewi; Nafikadini, Iken. Fenomena Penyalahgunaan NAPZA di Kalangan Remaja Ditinjau dari Teori Interaksionisme Simbolik di Kabupaten Jember. Jurnal Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Universitas Jember. (artikel lama, diunduh di repositori JPK)
- Syarif, J., Hasin, Ardiansah; Thahir, Suharsih; Nardin, Nardin; Nur, Muhammad Khaerul. Penyuluhan Bahaya Penyalahgunaan NAPZA bagi Pelajar dan Remaja. JCES (Journal of Character Education Society).
- Sulistyorini, Ariani; Hasanah, Ayu Farida Nur. Sikap Remaja Tentang Bahaya Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lain). Jurnal Ilmiah Kesehatan Mandira Cendikia. 2025.
- Izhar, Muhammad Dody; Halim, Raden; Putri, Fitria Eka. Peningkatan Pengetahuan Remaja Tentang Bahaya Akibat NAPZA di SMA N 15 Kabupaten Muaro Jambi. Jurnal Salam Sehat Masyarakat (JSSM).
- Chotimah, Chusnul; Mukarromah, Siti Baitul. Public Health Perspective on Adolescence, Alcohol, and Drug Use in Indonesia. Public Health Perspective Journal. 2017.
- Healthy : Jurnal Inovasi Riset Ilmu Kesehatan. Deskripsi Ketergantungan NAPZA dan Alkohol di Kalangan Remaja. Vol. 3 No. 1, 2024.
- Purwandari (dikutip dalam PSYCHE: Jurnal Psikologi Universitas Muhammadiyah Lampung), prevalensi penyalahgunaan NAPZA remaja di Indonesia.
- Rasydy, La Ode Akbar; Yuniarto, Ari; Megawati, Sefi; Rangkuti, Saru Noliqo; Nurfi, Ariadin; Junaedi, Abdul Latif. Konseling dan Edukasi Bahaya Penyalahgunaan Obat NAPZA di Kalangan Remaja. MONSU’ANI Jurnal Pengabdian Masyarakat.







Leave a Reply