
Abstrak
Gangguan sensorik seperti presbiopia, katarak, dan presbikusis merupakan kondisi yang umum terjadi pada lansia. Masalah ini berdampak besar terhadap interaksi sosial, kemandirian, serta kualitas hidup secara menyeluruh. Hilangnya kemampuan melihat atau mendengar dengan baik menyebabkan kesulitan dalam komunikasi, peningkatan risiko kecelakaan, serta isolasi sosial dan depresi. Artikel ini membahas penyebab, gejala, penanganan, dan strategi pencegahan gangguan penglihatan dan pendengaran pada lansia secara sistematis dan terintegrasi, guna meningkatkan kesejahteraan mereka di masa tua.

Menua adalah proses alami yang membawa perubahan fisiologis pada berbagai organ tubuh, termasuk mata dan telinga. Penurunan fungsi sensorik, seperti penglihatan dan pendengaran, sering kali dianggap sepele atau wajar, padahal dampaknya sangat luas terhadap kemandirian lansia. Banyak lansia yang akhirnya menarik diri dari aktivitas sosial karena tidak mampu melihat dengan jelas atau mendengar percakapan, bahkan dalam suasana keluarga.
Dalam dunia medis, gangguan seperti presbiopia, katarak, dan presbikusis memerlukan perhatian serius karena dapat menurunkan kualitas hidup secara drastis. Kombinasi dari faktor usia, lingkungan, dan kondisi sistemik seperti diabetes memperparah kondisi ini. Dengan meningkatnya populasi lansia, tantangan ini menjadi sangat relevan dan membutuhkan solusi multidisipliner dari sisi kesehatan, keluarga, dan kebijakan publik.
Penyebab Gangguan Penglihatan dan Pendengaran pada Lansia
Penurunan kemampuan penglihatan disebabkan oleh penuaan lensa dan struktur mata lainnya. Presbiopia, yaitu kesulitan melihat dekat, terjadi karena lensa mata kehilangan elastisitasnya. Katarak, kondisi mengeruhnya lensa mata, juga umum terjadi karena oksidasi protein akibat paparan sinar UV dan proses degeneratif. Faktor risiko lainnya termasuk diabetes, hipertensi, merokok, dan konsumsi obat jangka panjang seperti steroid.
Sementara itu, gangguan pendengaran (presbikusis) terjadi akibat kerusakan sel rambut halus di koklea telinga bagian dalam. Faktor usia menyebabkan degenerasi saraf pendengaran dan berkurangnya kemampuan menangkap frekuensi tinggi. Paparan suara bising di masa lalu, penyakit metabolik, infeksi telinga berulang, dan konsumsi obat ototoksik mempercepat kerusakan pendengaran ini.

Tanda dan Gejala Gangguan Penglihatan dan Pendengaran
- Gejala presbiopia biasanya muncul secara bertahap. Lansia mengalami kesulitan membaca tulisan kecil, terutama saat cahaya redup. Mereka cenderung menjauhkan objek agar bisa terlihat jelas. Sering kali mereka merasa lelah saat membaca atau menggunakan gadget, dan membutuhkan pencahayaan lebih terang.
- Pada katarak, gejalanya berupa penglihatan kabur atau berawan, seperti melihat melalui kaca berkabut. Warna tampak kusam, penglihatan malam memburuk, dan silau dari lampu menjadi lebih menyilaukan. Sering kali, penderita katarak mengalami perubahan resep kacamata berulang tanpa hasil yang memuaskan.
- Gangguan penglihatan juga berdampak pada aktivitas harian seperti membaca Al-Qur’an, mengendarai kendaraan, dan mengenali wajah orang. Hal ini meningkatkan risiko jatuh dan mengurangi kepercayaan diri dalam beraktivitas di luar rumah.
- Pada presbikusis, gejala yang paling sering adalah kesulitan mendengar percakapan, terutama dalam suasana ramai. Lansia sering mengeluh bahwa orang lain “berbicara tidak jelas” dan cenderung meminta pengulangan. Mereka juga sulit mendengar suara nada tinggi seperti suara anak-anak atau bel pintu.
- Gejala lain termasuk kesulitan membedakan huruf konsonan (misalnya, antara “s” dan “f”), merasa suara terdengar “mendem”, serta tidak bisa mengikuti percakapan telepon dengan baik. Kondisi ini membuat lansia tampak tidak responsif atau salah paham terhadap ucapan orang lain.
- Gangguan pendengaran juga menyebabkan kelelahan mental karena lansia harus berkonsentrasi ekstra dalam memahami pembicaraan. Hal ini dapat memicu stres dan menarik diri dari percakapan sosial, terutama saat berkumpul dengan keluarga besar atau dalam pengajian.
- Kombinasi gangguan pendengaran dan penglihatan meningkatkan risiko isolation syndrome, di mana lansia merasa tidak terhubung dengan lingkungan. Mereka lebih banyak menyendiri, tidak ikut serta dalam diskusi keluarga, dan akhirnya bisa jatuh ke dalam kondisi depresi.
Penanganan
- Penanganan presbiopia relatif sederhana, yakni dengan penggunaan kacamata baca sesuai resep dokter mata. Pemeriksaan mata berkala penting untuk menyesuaikan koreksi lensa secara optimal. Kacamata bifokal atau progresif juga bisa digunakan untuk mengatasi masalah melihat dekat dan jauh secara bersamaan.
- Untuk katarak, penanganan utama adalah tindakan bedah mengganti lensa mata yang keruh dengan lensa buatan. Operasi katarak sangat efektif dan memiliki tingkat keberhasilan tinggi. Semakin dini tindakan dilakukan, semakin cepat pula pemulihan fungsi penglihatan lansia.
- Presbikusis ditangani dengan alat bantu dengar (hearing aid) yang disesuaikan dengan tingkat gangguan pendengaran. Konsultasi ke spesialis THT dan audiolog sangat diperlukan. Selain itu, terapi wicara dan latihan membaca gerakan bibir (lip reading) dapat membantu menyesuaikan komunikasi.
- Dukungan lingkungan sangat penting. Keluarga harus berbicara dengan jelas, perlahan, dan dalam posisi terlihat. Gunakan media komunikasi visual, seperti tulisan atau isyarat. Pendekatan yang empatik dan sabar jauh lebih efektif daripada sekadar berbicara dengan volume tinggi.
Pencegahan Gangguan Sensorik pada Lansia
- Pencegahan presbiopia dan katarak dapat dimulai dengan perlindungan terhadap sinar UV menggunakan kacamata hitam dan topi saat beraktivitas di luar. Hindari merokok dan konsumsi alkohol karena mempercepat degenerasi lensa mata. Konsumsi makanan kaya antioksidan, vitamin A, C, dan E juga berperan penting menjaga kesehatan mata.
- Lakukan pemeriksaan mata rutin, setidaknya setahun sekali sejak usia 50 tahun. Deteksi dini gangguan refraksi atau katarak dapat menghindari komplikasi serius. Penggunaan gadget sebaiknya dibatasi, dengan memperhatikan pencahayaan dan waktu istirahat mata.
- Untuk pendengaran, hindari paparan suara keras seperti musik dengan volume tinggi atau suara mesin industri. Gunakan pelindung telinga jika bekerja di lingkungan bising. Batasi penggunaan earphone atau headset dalam jangka panjang.
- Nutrisi juga memainkan peran. Konsumsi vitamin B12, magnesium, dan omega-3 membantu menjaga fungsi saraf pendengaran. Hindari penggunaan obat ototoksik tanpa resep dokter dan perhatikan kebersihan telinga secara teratur.
Saran
- Pertama, para tenaga kesehatan dan keluarga harus lebih peka terhadap perubahan perilaku lansia yang bisa menjadi indikasi gangguan sensorik. Jangan menganggap diam atau menyendiri sebagai “sikap tua”, bisa jadi mereka kesulitan melihat atau mendengar.
- Kedua, fasilitas layanan kesehatan primer harus dilengkapi dengan alat skrining penglihatan dan pendengaran lansia. Pemeriksaan sederhana dan rutin dapat meningkatkan deteksi dan penanganan dini secara signifikan.
- Ketiga, diperlukan edukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan sensorik sejak usia produktif. Kampanye publik yang menyasar kelompok dewasa muda dapat memutus rantai degenerasi dini akibat gaya hidup dan lingkungan.
Kesimpulan
Gangguan penglihatan dan pendengaran pada lansia merupakan tantangan serius yang berdampak besar terhadap kualitas hidup. Meski proses penuaan tidak dapat dihindari, deteksi dini, penanganan tepat, dan pencegahan yang sistematis dapat memperlambat progresi dan meningkatkan kemandirian lansia. Dukungan keluarga, tenaga medis, dan masyarakat luas menjadi fondasi penting untuk mewujudkan kehidupan lansia yang sehat, aktif, dan bahagia.












Leave a Reply