
Abstrak
Gangguan hormon pertumbuhan (Growth Hormone Deficiency/GHD) adalah kondisi langka tetapi serius yang menyebabkan pertumbuhan tinggi badan anak melambat secara signifikan, meskipun asupan gizinya memadai. Penyebab utama GHD adalah kelainan pada kelenjar hipofisis yang memproduksi hormon pertumbuhan. Anak yang mengalami GHD biasanya tampak jauh lebih pendek dari teman sebayanya dan tidak menunjukkan lonjakan pertumbuhan sesuai usia. Artikel ini mengulas penyebab, tanda, penanganan, dan strategi pencegahan GHD agar anak mendapatkan intervensi sedini mungkin dan tumbuh optimal.

Pertumbuhan fisik anak merupakan indikator penting dari status kesehatan dan perkembangan hormon endokrin. Salah satu hormon vital dalam pertumbuhan adalah hormon pertumbuhan (growth hormone/GH) yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior di otak. Ketika hormon ini tidak diproduksi dalam jumlah cukup, anak akan mengalami gangguan pertumbuhan tinggi badan meskipun memiliki pola makan sehat dan tidak kekurangan gizi.
Gangguan Hormon Pertumbuhan (GHD) dapat bersifat bawaan (kongenital) atau didapat (akibat trauma, infeksi, atau tumor). Sayangnya, banyak kasus tidak segera terdeteksi karena gejalanya tidak selalu langsung terlihat. Penundaan diagnosis dapat menyebabkan anak kehilangan momen pertumbuhan emas, yang berdampak pada tinggi akhir saat dewasa dan kualitas hidup. Oleh karena itu, pemahaman tentang gejala dan pentingnya skrining dini sangat dibutuhkan.
Penyebab Gangguan Hormon Pertumbuhan
GHD dapat disebabkan oleh kelainan bawaan pada kelenjar hipofisis, seperti hipoplasia (perkembangan tidak sempurna) atau mutasi genetik tertentu. Dalam kasus ini, anak sejak lahir sudah memiliki defisiensi hormon pertumbuhan yang akan terlihat saat memasuki usia balita ketika pertumbuhan tinggi badan mulai stagnan.
Penyebab kedua adalah GHD yang didapat, yang bisa timbul akibat trauma kepala, infeksi otak (misalnya meningitis atau ensefalitis), tumor otak di area hipotalamus-hipofisis, atau efek samping dari terapi radiasi di kepala. Kondisi ini dapat mengganggu sistem neuroendokrin dan menyebabkan gangguan produksi hormon pertumbuhan secara mendadak atau progresif.
Tanda dan Gejala
Gejala paling menonjol adalah tinggi badan anak yang jauh di bawah rata-rata usianya. Anak tampak pendek dibandingkan teman sebaya, namun memiliki proporsi tubuh yang normal (tidak kerdil). Ini menandakan gangguan tinggi badan bukan disebabkan oleh kelainan skeletal.
- Anak dengan GHD mengalami pertumbuhan yang sangat lambat, biasanya kurang dari 4-5 cm per tahun setelah usia 3 tahun. Grafik pertumbuhan tinggi badan yang mendatar selama lebih dari 6 bulan merupakan indikator penting yang harus diperhatikan.
- Wajah anak mungkin tampak lebih muda dari usia sebenarnya, dan sering disertai suara yang lebih nyaring atau tinggi (seperti anak yang lebih kecil). Hal ini disebabkan oleh keterlambatan perkembangan jaringan tubuh secara umum.
- Lemak tubuh cenderung menumpuk, terutama di sekitar perut dan pinggang. Hal ini terjadi karena hormon pertumbuhan juga berperan dalam metabolisme lemak. Anak mungkin tampak gemuk di bagian tubuh tertentu meskipun asupan makannya normal.
- Keterlambatan pertumbuhan tulang, yang bisa diketahui melalui rontgen pergelangan tangan. Anak dengan GHD sering menunjukkan umur tulang yang jauh tertinggal dibandingkan umur kronologis.
- Keterlambatan perkembangan seksual (pubertas tertunda) juga dapat menjadi gejala. Pada remaja, tidak adanya perubahan fisik seperti pembesaran testis, pertumbuhan payudara, atau pertambahan rambut kemaluan bisa menjadi petunjuk adanya gangguan endokrin.
- Terkadang, anak menunjukkan gangguan emosional atau kepercayaan diri rendah, terutama ketika mereka merasa berbeda dari teman sebaya secara fisik. Mereka mungkin menjadi lebih tertutup atau mengalami kesulitan beradaptasi di lingkungan sosial.
- Gejala tambahan seperti sakit kepala atau gangguan penglihatan harus diwaspadai, karena bisa mengindikasikan adanya tumor yang menekan area hipofisis. Dalam kasus seperti ini, pemeriksaan neurologis dan pencitraan otak diperlukan.
Penanganan Gangguan Hormon Pertumbuhan
Terapi utama untuk GHD adalah pemberian hormon pertumbuhan sintetik (recombinant human growth hormone/rhGH) melalui suntikan harian. Terapi ini terbukti efektif meningkatkan tinggi badan dan memperbaiki kualitas hidup anak.
- Evaluasi rutin pertumbuhan melalui grafik tinggi badan dan umur tulang sangat penting selama terapi. Dokter akan menyesuaikan dosis sesuai respons tubuh dan memastikan tidak ada efek samping seperti nyeri sendi atau resistensi insulin.
- Pendekatan psikososial juga diperlukan, terutama bagi anak yang merasa tidak percaya diri karena tubuhnya berbeda dari anak lain. Konseling psikologi dan dukungan keluarga dapat membantu anak menghadapi tantangan sosial dan emosional.
- Penanganan penyebab mendasar, jika GHD disebabkan oleh tumor atau trauma, perlu dilakukan secara simultan. Dalam kasus tumor hipofisis, terapi bedah atau radiasi mungkin dibutuhkan sebelum atau bersamaan dengan terapi hormon.
Pencegahan Gangguan Hormon Pertumbuhan
Pencegahan primer GHD yang bersifat bawaan belum dapat dilakukan karena berkaitan dengan faktor genetik. Namun, deteksi dini pada anak dengan riwayat keluarga GHD atau kelainan bawaan sangat penting untuk mencegah keterlambatan penanganan.
- Mencegah cedera kepala berat dan infeksi sistem saraf pusat juga merupakan langkah penting. Anak harus dilindungi dari benturan keras dan mendapatkan imunisasi yang tepat untuk mencegah meningitis atau ensefalitis.
- Pemantauan rutin tumbuh kembang anak, termasuk tinggi dan berat badan setiap 3-6 bulan di posyandu atau layanan kesehatan, akan membantu mengidentifikasi kasus GHD sejak dini, bahkan sebelum gejala berat muncul.
- Edukasi kepada orang tua dan guru sangat penting agar mereka waspada terhadap tanda-tanda gangguan pertumbuhan. Intervensi yang cepat pada masa kanak-kanak dapat memberikan hasil pertumbuhan maksimal sebelum lempeng pertumbuhan tulang menutup.
Saran
- Pertama, orang tua harus aktif memantau grafik pertumbuhan anak dan jangan ragu untuk berkonsultasi ke dokter jika anak terlihat lebih pendek dari teman sebayanya. Skrining sejak dini jauh lebih baik daripada penyesalan di kemudian hari.
- Kedua, fasilitas kesehatan primer perlu melatih tenaga medis dalam mengenali GHD, termasuk cara membaca kurva pertumbuhan dan indikasi rujukan ke spesialis endokrinologi anak.
- Ketiga, pemerintah dan organisasi kesehatan perlu mengembangkan program edukasi publik dan layanan endokrin anak yang terjangkau, karena terapi hormon pertumbuhan cukup mahal dan memerlukan jangka waktu panjang.
Kesimpulan
Gangguan hormon pertumbuhan adalah kondisi medis serius yang menghambat tinggi badan anak, meskipun gizinya mencukupi. Penyebabnya dapat berasal dari kelainan genetik maupun kerusakan kelenjar hipofisis akibat trauma atau infeksi. Dengan diagnosis dini dan terapi hormon yang tepat, anak dengan GHD memiliki peluang besar untuk tumbuh normal. Kolaborasi antara keluarga, tenaga medis, dan institusi pendidikan sangat penting untuk memastikan pertumbuhan optimal anak-anak Indonesia.








Leave a Reply