DOKTER AIRLANGGA

SMART PEOPLE, SMART HEALTH

Rekomendasi Pemberian Makanan pada Penderita Asam Urat Dewasa

Asam urat merupakan bentuk arthritis yang disebabkan oleh akumulasi kristal monosodium urat pada sendi, yang timbul akibat kadar asam urat tinggi dalam darah (hiperurisemia). Pola makan memainkan peran utama dalam pengendalian kadar asam urat, baik dalam pencegahan kekambuhan maupun memperbaiki kualitas hidup penderita. Artikel ini menyajikan tujuh rekomendasi utama dalam pengaturan asupan makanan bagi penderita gout dewasa, berdasarkan bukti ilmiah terbaru.


Asam urat atau gout adalah penyakit inflamasi sendi yang bersifat kronis dan berkaitan erat dengan gangguan metabolisme purin. Serangan akut gout sangat menyakitkan dan biasanya menyerang sendi-sendi kecil, seperti ibu jari kaki. Hiperurisemia, sebagai penyebab dasar dari gout, dapat dipicu oleh konsumsi makanan tinggi purin, obesitas, alkohol, serta gangguan fungsi ginjal.

Modifikasi pola makan telah terbukti efektif dalam mengurangi risiko kekambuhan dan menurunkan kadar asam urat darah. Penatalaksanaan diet melibatkan pembatasan asupan makanan kaya purin, meningkatkan konsumsi cairan, memilih sumber protein nabati, serta menghindari alkohol dan minuman tinggi fruktosa. Selain itu, pendekatan individualisasi sesuai dengan komorbiditas seperti hipertensi, dislipidemia, atau diabetes sangat diperlukan.


Tujuh Rekomendasi Pemberian Makanan pada Penderita Asam Urat

  1. Batasi Makanan Tinggi Purin Penderita asam urat harus membatasi asupan purin dari sumber hewani seperti jeroan (hati, ginjal), daging merah berlemak, sarden, ikan teri, dan seafood. Makanan ini meningkatkan produksi asam urat melalui metabolisme purin yang berlebih. Purin dari sumber nabati seperti bayam, kacang polong, dan jamur tidak seberat dari hewani dalam meningkatkan kadar asam urat. Namun tetap disarankan dikonsumsi dalam jumlah sedang. Diet rendah purin telah terbukti menurunkan risiko kekambuhan gout secara signifikan.
  2. Perbanyak Konsumsi Air Putih Peningkatan asupan cairan, terutama air putih (2–3 liter per hari), membantu ekskresi asam urat melalui ginjal. Hidrasi yang cukup mengurangi konsentrasi asam urat dalam darah dan mencegah pembentukan kristal di ginjal dan sendi. Penting untuk menghindari dehidrasi, terutama pada penderita yang menggunakan obat diuretik atau memiliki fungsi ginjal menurun. Air putih jauh lebih disarankan dibandingkan minuman manis atau berkafein.
  3. Batasi Alkohol dan Minuman Manis Berfruktosa Alkohol, terutama bir dan minuman keras, meningkatkan produksi asam urat serta menghambat ekskresinya melalui ginjal. Konsumsi alkohol dikaitkan dengan serangan gout yang lebih sering dan lebih parah. Minuman tinggi fruktosa (soda, jus kemasan) juga meningkatkan kadar asam urat melalui jalur metabolisme fruktosa yang cepat menghasilkan purin. Oleh karena itu, minuman ini sebaiknya dihindari sepenuhnya oleh penderita gout.
  4. Utamakan Sumber Protein Nabati Sumber protein hewani, terutama daging merah dan unggas, dapat memperburuk hiperurisemia. Sebaliknya, protein dari nabati seperti tahu, tempe, kacang-kacangan yang rendah purin adalah alternatif yang lebih aman dan menyehatkan. Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi kedelai tidak meningkatkan risiko gout dan bahkan dapat menurunkan kadar asam urat. Selain itu, protein nabati juga memberikan manfaat kardiovaskular yang penting bagi pasien gout yang juga berisiko tinggi terhadap penyakit jantung.
  5. Konsumsi Susu Rendah Lemak Susu rendah lemak dan produk turunannya (yogurt, keju) telah terbukti menurunkan kadar asam urat serum. Kandungan protein kasein dan laktalbumin dalam susu membantu ekskresi asam urat melalui urin. Dibandingkan dengan susu tinggi lemak, susu rendah lemak juga mengurangi risiko resistensi insulin dan obesitas. Disarankan konsumsi 1–2 porsi per hari sebagai bagian dari diet seimbang.
  6. Kendalikan Berat Badan Obesitas merupakan faktor risiko utama untuk hiperurisemia dan gout. Penurunan berat badan secara bertahap (0,5–1 kg/minggu) efektif menurunkan kadar asam urat dan mengurangi beban sendi. Penting untuk menghindari diet ekstrem atau puasa ketat karena dapat meningkatkan metabolisme purin secara mendadak dan memicu serangan gout. Aktivitas fisik teratur, ditambah diet rendah kalori dan purin, adalah pendekatan yang ideal.
  7. Konsumsi Buah dan Sayur yang Tepat Buah-buahan yang tinggi vitamin C (jeruk, kiwi, stroberi) membantu menurunkan kadar asam urat dengan meningkatkan ekskresi melalui ginjal. Sayuran non-purin seperti brokoli, wortel, dan tomat sangat dianjurkan. Namun, buah-buahan manis tinggi fruktosa seperti anggur, semangka, dan mangga harus dibatasi. Sayuran tinggi purin seperti bayam dan asparagus tetap boleh dikonsumsi dalam jumlah moderat, kecuali saat serangan akut.

Tabel: Jenis Makanan dengan Kadar Purin Tinggi yang Harus Dihindari Penderita Asam Urat

KategoriJenis MakananKeterangan
JeroanHati, ginjal, otak, usus, limpa, paruMengandung purin sangat tinggi (150–400 mg/100 g)
Daging Merah BerlemakDaging sapi, kambing, dombaSebaiknya dibatasi atau dihindari, terutama saat serangan gout
SeafoodIkan teri, sarden, kerang, remis, kepiting, udangMengandung purin tinggi (100–300 mg/100 g); memicu serangan
Ikan BerminyakMakarel, tuna, salmon (berlebihan)Konsumsi moderat; tinggi purin dan omega-3
Kaldu & Ekstrak DagingKaldu tulang, sup daging pekat, penyedap daging instan (bouillon)Tinggi purin dan bisa memicu serangan akut
Produk FermentasiRagi roti, ragi bir (baker’s & brewer’s yeast)Mengandung purin sangat tinggi; dilarang dalam diet gout
Minuman BeralkoholBir, anggur merah, minuman kerasAlkohol meningkatkan produksi asam urat dan menurunkan ekskresi
Minuman ManisMinuman bersoda, minuman dengan sirup fruktosa tinggiFruktosa cepat meningkatkan kadar asam urat
Makanan OlahanDaging olahan (sosis, kornet, dendeng), makanan instanTinggi purin dan natrium; memperparah kondisi sendi
Sayuran Tinggi PurinBayam, asparagus, kembang kol, jamur, kacang polongModerat purin; boleh dikonsumsi terbatas kecuali saat serangan akut

⚠️ Catatan Penting:

  • Purin tinggi: >150 mg/100 g
  • Saat serangan gout akut, semua makanan tinggi purin sebaiknya dihentikan sementara.
  • Beberapa sayuran mengandung purin namun efeknya terhadap kadar asam urat tidak sekuat sumber hewani — bisa dikonsumsi terbatas setelah serangan mereda.

Kesimpulan

Pola makan yang tepat berperan krusial dalam mengendalikan kadar asam urat dan mencegah kekambuhan gout. Pembatasan makanan tinggi purin, hidrasi optimal, serta konsumsi protein nabati dan susu rendah lemak adalah pendekatan gizi yang terbukti efektif secara klinis. Pendekatan diet yang bersifat individual, mempertimbangkan kondisi klinis lain seperti obesitas atau hipertensi, serta dilakukan dengan konsistensi akan membantu pasien gout mencapai kualitas hidup yang lebih baik.


Saran

Pendidikan gizi kepada pasien gout perlu dilakukan secara berkala agar pasien memahami pentingnya pola makan dalam manajemen penyakit. Konsultasi dengan ahli gizi sangat direkomendasikan untuk menyusun rencana diet yang sesuai kebutuhan dan preferensi individu. Pemeriksaan rutin kadar asam urat dan evaluasi diet perlu dilakukan setiap 3–6 bulan untuk menilai efektivitas intervensi dan mencegah komplikasi seperti tofi, batu ginjal, atau artritis kronik.


Daftar Pustaka 

  • Choi HK, Atkinson K, Karlson EW, Willett W, Curhan G. Purine-rich foods, dairy and protein intake, and the risk of gout in men. N Engl J Med. 2004;350(11):1093-1103. doi:10.1056/NEJMoa035700
  • Zhang Y, Neogi T, Chen C, Chaisson CE, Hunter DJ, Choi HK. Cherry consumption and decreased risk of recurrent gout attacks. Arthritis Rheum. 2012;64(12):4004-4011. doi:10.1002/art.34677
  • Johnson RJ, Sánchez-Lozada LG, Nakagawa T. The effect of fructose on renal biology and disease. J Am Soc Nephrol. 2010;21(12):2036-2039. doi:10.1681/ASN.2010050506
  • Dalbeth N, Palmano K. Effects of dairy intake on hyperuricemia and gout. Curr Rheumatol Rep. 2011;13(2):132-137. doi:10.1007/s11926-011-0166-2
  • Aune D, Schlesinger S, Norat T, Riboli E. Vitamin C intake and the risk of gout: a meta-analysis. Arthritis Care Res. 2014;66(4):559-570. doi:10.1002/acr.22192

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *