0
Vaksin Maternal: Perlindungan Ibu dan Janin melalui Imunisasi Kehamilan
Abstrak
Vaksinasi maternal adalah strategi pencegahan infeksi yang diberikan selama kehamilan untuk melindungi ibu dan janin/newborn melalui imunisasi aktif ibu dan penyaluran antibodi pasif ke bayi. Imunisasi yang direkomendasikan pada kehamilan—seperti vaksin influenza dan Tdap (difteri–tetanos–pertusis)—telah terbukti mengurangi morbiditas dan mortalitas perinatal, menurunkan risiko komplikasi kehamilan, serta memberikan perlindungan awal terhadap penyakit berat pada bayi yang rentan sebelum mereka dapat divaksinasi sendiri. Artikel ini menguraikan latar ilmiah, manfaat klinis, potensi dampak apabila imunisasi diabaikan, rekomendasi jadwal, langkah praktis bagi ibu hamil, serta kesimpulan dan sumber referensi.
Pendahuluan
Imunisasi merupakan salah satu intervensi kesehatan masyarakat yang paling efektif untuk mencegah penyakit menular. Pada populasi ibu hamil, vaksinasi memiliki dua tujuan utama: (1) melindungi ibu dari infeksi yang dapat memperparah kondisi kehamilan atau komplikasi obstetrik, dan (2) menurunkan risiko infeksi pada neonatus melalui transfer imunoglobulin G (IgG) transplasenta atau melalui antibodi dalam ASI pasca persalinan. Secara biologis, peningkatan transfer IgG terjadi terutama pada trimester ketiga sehingga vaksin yang meningkatkan respons imun ibu pada periode ini dapat memberikan perlindungan optimal bagi bayi baru lahir.
Rekomendasi vaksin pada kehamilan bersifat berbasis bukti—mempertimbangkan risiko penyakit, keamanan vaksin untuk ibu dan janin, serta manfaat protektif untuk bayi. Dua vaksin yang paling banyak direkomendasikan di banyak pedoman internasional adalah vaksin influenza tahunan (karena risiko komplikasi pernapasan lebih tinggi pada ibu hamil) dan vaksin Tdap pada setiap kehamilan untuk mencegah pertusis neonatal. Vaksin lain dapat dipertimbangkan berdasarkan faktor risiko individual (mis. Hepatitis B jika ibu berisiko) atau kondisi epidemiologis setempat.
Manfaat Vaksin Maternal
- Pemberian vaksin influenza pada ibu hamil terbukti menurunkan risiko penyakit influenza berat pada ibu—termasuk pneumonia, rawat inap, dan komplikasi pernapasan—karena perubahan imunologi dan fisiologi kehamilan yang membuat ibu lebih rentan. Selain melindungi ibu, antibodi IgG yang dihasilkan setelah vaksinasi melintasi plasenta memberikan proteksi pasif pada bayi selama beberapa bulan pertama kehidupan ketika imunisasi aktif bayi terhadap influenza belum dimulai atau belum efektif. Dengan demikian, vaksin influenza maternal menurunkan kejadian influenza berat dan kunjungan medis pada neonatus.
- Vaksin Tdap yang diberikan pada trimester ketiga (idealnya 27–36 minggu) menimbulkan respons antibodi yang tinggi terhadap pertusis (batuk rejan). Transfer transplasenta antibodi anti-pertussis melindungi bayi selama periode kritis awal kehidupannya—periode saat risiko pertussis berat, hospitalisasi, dan kematian paling tinggi—karena imunisasi rutin bayi terhadap pertussis baru lengkap setelah beberapa bulan. Bukti menunjukkan bahwa vaksinasi Tdap maternal menurunkan insiden pertussis pada bayi baru lahir dan mengurangi angka rawat inap neonatal.
- Selain influenza dan Tdap, vaksin COVID-19 selama kehamilan (jenis yang direkomendasikan oleh otoritas kesehatan) secara konsisten menunjukkan manfaat proteksi bagi ibu terhadap penyakit bera dan rawat inap. Vaksinasi maternal terhadap COVID-19 juga menghasilkan transfer antibodi ke janin, yang bermanfaat dalam menurunkan risiko infeksi berat pada neonatus. Pada situasi epidemiologis tertentu, vaksin lain (mis. Hepatitis B) direkomendasikan jika ibu berisiko terpapar atau belum imunisasi sebelumnya.
- Secara kolektif, vaksin maternal membantu mengurangi beban perawatan neonatus, menurunkan gangguan ruminansia keluarga akibat sakit berat bayi, dan ikut mencegah transmisi komunitas. Di tingkat populasi, cakupan vaksin maternal yang baik berkontribusi pada penurunan kejadian penyakit yang dapat dicegah vaksin (VPD) pada kelompok usia paling rentan, sehingga merupakan strategi preventif yang cost-effective dalam rancangan layanan kesehatan ibu dan anak.
Dampak Bila Tidak Divaksin
- Tanpa vaksinasi maternal, ibu hamil tetap berisiko mengalami infeksi yang pada beberapa kasus bisa lebih berat dibanding populasi non-hamil. Misalnya, influenza pada kehamilan meningkatkan peluang komplikasi respirasi, preterm labour, asfiksia neonatal, dan dalam kasus ekstrem dapat meningkatkan mortalitas maternal. Hilangnya proteksi langsung bagi ibu juga berarti tidak ada transfer antibodi adekuat ke janin—mengakibatkan bayi baru lahir lebih rentan terhadap infeksi serius yang seringkali berakibat rawat inap atau komplikasi panjang.
- Tidak divaksinasi Tdap selama kehamilan meninggalkan bayi tanpa perlindungan pasif terhadap pertussis selama beberapa bulan pertama hidup—periode di mana pertussis paling berbahaya. Bayi yang terinfeksi pertussis dapat mengalami apnea, pneumonia, dan gagal napas; angka rawat inap dan mortalitas pada bayi sangat terkait dengan usia dan status imunisasi. Dengan kata lain, kegagalan untuk memberikan Tdap maternal meningkatkan risiko konsekuensi klinis serius bagi bayi yang belum bisa divaksinasi lengkap.
- Mengabaikan vaksin maternal juga berdampak pada beban sistem kesehatan dan keluarga: peningkatan kunjungan darurat, rawat inap neonatal/infant, kebutuhan terapi intensif, serta dampak ekonomi dan psikososial pada keluarga. Selain itu, pada tingkat populasi, cakupan vaksin maternal yang rendah memungkinkan sirkulasi lebih luas patogen di masyarakat—mempersulit upaya pengendalian wabah dan meningkatkan risiko terjadinya klaster kasus pada populasi rentan.
- Akhirnya, keengganan atau keterlambatan vaksinasi maternal berpotensi menimbulkan ketidakpastian klinis pada fase neonatus, memaksa intervensi preventif lainnya (seperti profilaksis pasca-paparan atau pemberian imunoglobulin) yang mungkin invasif, mahal, dan tidak selalu tersedia. Oleh sebab itu, strategi preventif melalui imunisasi maternal lebih aman, efisien, dan berdampak luas dibanding langkah-langkah darurat setelah kasus terjadi.
Jadwal Vaksin Maternal
| Vaksin | Rekomendasi Waktu Pemberian | Catatan |
|---|---|---|
| Influenza (inactivated) | Setiap musim flu—boleh diberikan pada trimester manapun selama kehamilan | Berikan setiap tahun; penting pada kehamilan yang bertepatan dengan musim influenza |
| Tdap (Difteri–Tetanus–Pertussis) | Setiap kehamilan, ideal 27–36 minggu (preferensi 27–32 minggu) | Diberikan tiap kehamilan untuk transfer antibodi optimal ke bayi |
| COVID-19 (vaksin yang direkomendasikan) | Bisa diberikan pada trimester manapun sesuai pedoman lokal | Dosis primer atau booster sesuai rekomendasi terkini |
| Hepatitis B | Pertimbangkan jika ibu berisiko atau tidak imun sebelumnya (konsultasi dokter) | Diberikan bila indikasi riwayat atau status serologi menunjang |
| Lainnya (mis. Hepatitis A, Pneumokokus) | Hanya bila ada indikasi risiko/epidemi setempat | Pertimbangkan berdasarkan evaluasi risiko oleh tenaga kesehatan |
Jadwal vaksin maternal disusun untuk memaksimalkan perlindungan bagi ibu sekaligus memfasilitasi transfer antibodi pasif ke janin. Vaksin influenza dapat diberikan pada trimester mana pun karena manfaat melindungi ibu dan janin jelas, tetapi harus diberikan setiap musim influenza karena antigen berubah setiap tahun. Tdap direkomendasikan pada setiap kehamilan—bukan hanya pada kehamilan pertama—dengan jendela optimal 27–36 minggu untuk memastikan respons antibodi ibu mencapai puncak saat transfer IgG transplasenta paling efektif, sehingga neonatus menerima kadar antibodi tertinggi saat lahir.
Vaksin COVID-19 direkomendasikan untuk ibu hamil bila pedoman nasional atau otoritas kesehatan setempat mendukungnya; pemberian kapan saja selama kehamilan dapat mengurangi risiko penyakit berat pada ibu dan menurunkan risiko paparan neonatus. Untuk vaksin seperti Hepatitis B atau vaksin lain, keputusan didasarkan pada status imunisasi sebelumnya, hasil pemeriksaan laboratorium (mis. HBsAg), dan faktor risiko paparan; pemberian vaksin ini memerlukan penilaian individual oleh dokter kandungan atau dokter anak.
Penting untuk dicatat bahwa beberapa vaksin hidup dilemahkan (mis. MMR, varisela) umumnya tidak direkomendasikan saat kehamilan karena potensi risiko teoretis pada janin; oleh karena itu, status imunisasi ibu sebaiknya diperiksa sebelum kehamilan dan vaksin yang diperlukan diberikan pada periode pra-kehamilan atau postpartum bila perlu. Seluruh keputusan vaksinasi harus dibuat melalui konsultasi antara ibu, bidan/obstetri, dan layanan imunisasi, dengan dokumentasi yang jelas dan edukasi risiko/manfaat.
Bagaimana Sebaiknya Ibu Hamil Bertindak?
Pertama, ibu hamil dianjurkan melakukan konsultasi pra-vaksinasi dengan tenaga kesehatan (dokter kandungan, bidan, atau klinik vaksinasi) untuk menilai status imunisasi sebelumnya, kondisi kehamilan, dan risiko paparan penyakit. Selama konsultasi ini, dokter akan menilai indikasi vaksin (mis. apakah sudah imun terhadap Hepatitis B atau perlu booster Tdap), menjelaskan manfaat dan potensi efek samping ringan, serta menentukan waktu pemberian yang optimal sesuai usia kehamilan. Dokumentasi seluruh vaksin yang diberikan harus dicatat di kartu ibu hamil dan rekam medis untuk rujukan pada kunjungan persalinan dan imunisasi bayi nanti.
Kedua, ibu hamil harus diberi edukasi mengenai efek samping yang umum (nyeri di lokasi suntikan, demam ringan, kelelahan) dan tanda peringatan langka yang memerlukan evaluasi medis segera. Ibu juga didorong untuk mempertahankan perilaku preventif lain seperti kebersihan tangan, menghindari kontak dengan orang sakit, nutrisi seimbang, dan kontrol prenatal rutin karena vaksin merupakan bagian dari paket perlindungan komprehensif. Jika ibu memiliki riwayat alergi berat terhadap komponen vaksin tertentu, diskusi risiko-manfaat harus dilakukan dan alternatif perlindungan direncanakan.
Ketiga, ibu hamil yang belum menerima vaksin yang direkomendasikan sebaiknya merencanakan vaksinasi pada waktu yang aman selama kehamilan; bila vaksin tidak sempat diberikan, vaksin tertentu (mis. MMR) dapat diberikan segera setelah persalinan untuk melindungi ibu dan bayi pada masa laktasi. Selain itu, dorong anggota keluarga dekat (ayah, pengasuh) untuk lengkap imunisasi—terutama Tdap dan vaksin influenza—sebagai strategi “cocooning” untuk melindungi bayi baru lahir dari paparan keluarga terdekat.
Kesimpulan
Vaksinasi maternal adalah intervensi preventif yang sangat penting untuk melindungi ibu dan bayi dari penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin. Pemberian vaksin seperti influenza dan Tdap selama kehamilan memberikan manfaat ganda: mengurangi risiko penyakit berat pada ibu dan mentransfer antibodi yang melindungi neonatus pada periode awal kehidupan. Strategi vaksinasi harus berbasis penilaian risiko individual, konsultasi dengan tenaga kesehatan, dan pemantauan yang baik. Meningkatkan cakupan vaksin maternal adalah langkah efektif untuk menurunkan morbiditas perinatal dan beban penyakit pada populasi rentan.
Daftar Pustaka
- World Health Organization. Vaccines and immunization for pregnant women: WHO position paper. (pedoman ringkasan)
- Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Vaccination during pregnancy: influenza and Tdap recommendations.
- American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG). Committee Opinion: Maternal Immunization.
- Munoz FM. Safety of influenza vaccination during pregnancy. Am J Obstet Gynecol.
- Healy CM, et al. Perinatal immunization and protection of infants: pertussis and influenza vaccination in pregnancy. Clin Perinatol.












Leave a Reply