Penelitian terbaru menunjukkan bahwa 45.000 dokter berusia di atas 65 tahun masih bekerja, sementara 100.000 lainnya telah pensiun. Apa yang membuat beberapa dokter tetap berpraktik sementara yang lain memilih untuk berhenti? Coliquio, sebuah platform dalam jaringan Medscape, mensurvei para dokter untuk mengeksplorasi motivasi mereka dan menemukan tiga alasan utama mengapa beberapa dokter tetap bekerja.
Beberapa dokter memilih untuk tidak pernah pensiun karena dedikasi mereka terhadap profesi dan rasa tanggung jawab terhadap pasien. Bagi mereka, praktik medis bukan sekadar pekerjaan, tetapi panggilan hidup yang memberikan makna dan kepuasan tersendiri. Selain itu, pengalaman panjang yang mereka miliki membuat mereka tetap dibutuhkan, baik sebagai praktisi maupun mentor bagi dokter muda. Dengan terus bekerja, mereka juga dapat menjaga keterampilan klinis dan intelektual mereka tetap tajam, yang pada akhirnya membantu mereka tetap aktif secara fisik dan mental.
Selain faktor profesional, banyak dokter yang terus berpraktik karena alasan sosial dan emosional. Bertemu dengan pasien dan kolega setiap hari dapat mencegah perasaan kesepian atau kehilangan tujuan hidup setelah pensiun. Beberapa juga merasa bahwa berhenti bekerja bisa berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik mereka. Di sisi lain, ada juga dokter yang tetap bekerja karena alasan finansial, terutama jika mereka memiliki tanggungan atau masih ingin berkontribusi pada dunia medis melalui penelitian dan pengajaran.
1. Pertimbangan Finansial
- Aspek finansial menjadi alasan utama bagi sebagian dokter untuk tetap bekerja. Impian pensiun tanpa utang sering kali hanya bisa terwujud jika mereka bertahan beberapa tahun lagi. Mereka menunggu waktu yang tepat, misalnya hingga pinjaman mereka lunas atau menemukan penerus untuk praktik mereka. Mengurangi beban kerja adalah opsi, tetapi berhenti sepenuhnya tidak selalu mudah.
- Seorang dokter kandungan yang menggunakan nama “Sylnlaeg” di Coliquio mengungkapkan dilema yang umum terjadi: “Setiap liburan, saya bertanya pada diri sendiri: Berapa banyak yang benar-benar saya butuhkan untuk hidup dengan nyaman? Bisakah saya mengurangi jam kerja—mungkin mengurangi 25% atau bahkan 50% dari praktik saya?”
- Ada juga perdebatan tentang apakah insentif finansial dapat menarik dokter pensiunan untuk kembali bekerja. Presiden Asosiasi Medis Jerman, Dr. Klaus Reinhardt, menyarankan keringanan pajak, mengacu pada keberhasilan Prancis dalam menarik kembali 20.000 dokter ke dunia kerja. Apakah strategi ini bisa diterapkan di Jerman, yang memiliki 100.000 dokter pensiunan?
- Diskusi di forum Coliquio menunjukkan bahwa bagi banyak dokter, gagasan ini sulit diterima, terutama karena batasan usia pensiun pernah diberlakukan dalam waktu yang lama. Sebelum 2008, dokter di Jerman wajib pensiun pada usia 68 tahun. Kini, 15 tahun kemudian, banyak yang merasa ironis melihat upaya untuk menarik kembali tenaga medis yang telah pensiun.
- Seorang psikiater dan psikoterapis, Volker Schlautmann, berkomentar: “Saya tidak memahami perdebatan semacam ini. Selama waktu kerja dokter dihabiskan untuk tugas administratif dan manajerial yang tak terhitung jumlahnya, baik di klinik maupun rumah sakit, saya tidak tertarik dengan diskusi semacam ini.”
- Namun, pertanyaan mengenai insentif yang bermakna masih menjadi bahan refleksi. Seorang dokter penyakit dalam berbagi visinya di forum: membayangkan profesi medis yang bebas dari beban telematika, klaim balik, kewajiban layanan darurat, serta regulasi yang mengurangi kebahagiaan dalam bekerja.
- Dengan demikian, faktor finansial bukanlah satu-satunya alasan untuk tetap bekerja. Setelah kewajiban utama terpenuhi, motivasi lain lebih berperan.
2. Hasrat terhadap Profesi
- Terlepas dari tantangan yang ada, banyak dokter masih menemukan kepuasan dalam profesi mereka. Seorang psikoterapis dengan nama “urmayr” menyatakan:
- “Profesi ini memberikan perasaan bahwa saya melakukan sesuatu yang berarti dan bertahan lama.”
- Ini menjadi lebih bermakna ketika dokter dapat mendampingi pasien dalam jangka panjang atau melihat keberhasilan pengobatan pada kasus kritis. Bagi banyak dokter, apresiasi dari pasien menjadi momen berharga yang sering kali menghilang begitu mereka pensiun.
- Bagi beberapa dokter, mengurangi jam kerja daripada pensiun sepenuhnya adalah kompromi yang ideal. Seorang dokter umum, “micuebmlfa,” berbagi pengalamannya: “Sekarang, pada usia 67 tahun, bekerja dua setengah hari dalam seminggu di praktik baru sangat menyenangkan. Saya dapat menjalin hubungan yang baik dengan staf dan pasien tanpa merasa terbebani. Saya tidak membutuhkan insentif untuk ini.”
3. Rasa Tanggung Jawab
- Alasan lain mengapa dokter tetap bekerja di usia pensiun adalah rasa tanggung jawab mereka. Kekurangan tenaga medis, terutama di daerah pedesaan, membuat banyak dokter merasa terikat untuk tetap melayani pasien. Hal ini menjadi topik diskusi di forum, di mana beberapa dokter berpendapat bahwa menyerahkan izin praktik, terlepas dari usia, bisa dianggap tidak etis bagi pasien yang masih membutuhkan.
- Seorang neurolog mengungkapkan bahwa ia merasa bersalah jika harus menyerahkan izin praktiknya, karena banyak pasiennya tidak mampu membayar layanan medis privat.
- Bahkan dokter yang siap pensiun sering kali ragu karena khawatir dengan keberlanjutan perawatan pasien mereka. Namun, birokrasi yang semakin meningkat dan tekanan finansial perlahan mengikis rasa tanggung jawab ini. Seorang dokter anak dan remaja berbagi keluhannya bahwa ia hanya memiliki 5-10 menit sehari untuk benar-benar merawat pasien, sementara sebagian besar waktunya dihabiskan untuk urusan administrasi. Seiring bertambahnya usia, faktor ini menjadi alasan utama dalam keputusan untuk terus bekerja atau pensiun.
Bagaimana dengan Anda?
Apakah Anda sedang mempertimbangkan pensiun atau sudah mengambil keputusan untuk berhenti bekerja? Bagikan pemikiran dan pengalaman Anda dengan rekan-rekan sejawat.Keputusan untuk pensiun atau terus bekerja adalah hal yang sangat personal dan dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk kesehatan, kepuasan kerja, serta kebutuhan finansial dan sosial. Bagi sebagian dokter, pensiun berarti kesempatan untuk menikmati waktu bersama keluarga, mengeksplorasi hobi, atau bahkan tetap berkontribusi di dunia medis melalui cara yang lebih fleksibel, seperti mengajar atau menulis. Namun, bagi yang lain, terus berpraktik adalah bagian dari identitas mereka—sebuah dedikasi yang sulit untuk ditinggalkan.
Berbagi pengalaman tentang keputusan pensiun dapat menjadi inspirasi bagi rekan sejawat yang mungkin sedang mempertimbangkan hal yang sama. Apakah Anda merasa bahwa pensiun adalah awal dari babak baru yang lebih tenang, atau justru kehilangan sesuatu yang berarti? Bagaimana Anda mengatasi transisi ini? Dengan berbagi cerita, kita dapat saling mendukung dan menemukan cara terbaik untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang tak terhindarkan dalam perjalanan karier medis kita.













Leave a Reply