DOKTER AIRLANGGA

SMART PEOPLE, SMART HEALTH

Perbedaan Bioetika Islam dan Barat: Suatu Kajian Sistematis dan Komparatif

Perbedaan Bioetika Islam dan Barat: Suatu Kajian Sistematis dan Komparatif

Abstrak 

Perkembangan bioteknologi, kecerdasan buatan, dan rekayasa genetik menimbulkan tantangan etika baru yang memerlukan pendekatan moral yang kuat. Bioetika Barat yang berakar pada filsafat sekular sering menekankan prinsip otonomi, benefisensi, non-malefisensi, dan keadilan. Sebaliknya, bioetika Islam menempatkan nilai-nilai tersebut dalam kerangka teologis berdasarkan maqasid al-shariah dan tanggung jawab moral kepada Allah SWT. Artikel ini bertujuan meninjau secara sistematis perbedaan prinsip, dasar filosofis, dan penerapan bioetika Islam dan Barat dalam konteks kedokteran modern. Melalui systematic review terhadap 47 publikasi dari database PubMed, Scopus, dan Al-Manhal (2000–2024), ditemukan bahwa perbedaan utama terletak pada sumber moralitas, konsep otonomi, dan tujuan akhir tindakan medis. Bioetika Islam bersifat teosentris dan berbasis wahyu, sementara bioetika Barat bersifat antroposentris dan berbasis rasionalisme sekuler. Pemahaman integratif di antara keduanya penting untuk membangun kerangka etik global yang humanistik dan berkeadilan.

Kata kunci: bioetika Islam, bioetika Barat, maqasid al-shariah, etika kedokteran, teologi moral

Abstract

Advances in biotechnology, artificial intelligence, and genetic engineering pose new ethical challenges that demand robust moral frameworks. Western bioethics, rooted in secular philosophy, emphasizes autonomy, beneficence, non-maleficence, and justice. In contrast, Islamic bioethics situates these principles within a theocentric framework based on maqasid al-shariah (higher objectives of Islamic law) and moral accountability to God. This study systematically reviews the philosophical foundations, principles, and applications of Western and Islamic bioethics in modern medicine. Through a systematic review of 47 publications from PubMed, Scopus, and Al-Manhal (2000–2024), the findings reveal that the primary differences lie in the sources of morality, concepts of autonomy, and ultimate purpose of medical action. Islamic bioethics is theocentric and revelation-based, whereas Western bioethics is anthropocentric and reason-based. An integrative understanding between both traditions is essential to develop a universal, humanistic, and just ethical framework.

Keywords: Islamic bioethics, Western bioethics, maqasid al-shariah, medical ethics, moral theology

Pendahuluan

Perkembangan pesat ilmu kedokteran dan teknologi biomedis menghadirkan tantangan moral dan hukum yang semakin kompleks. Dalam konteks global, dua sistem etika utama mendominasi diskursus etika kedokteran: bioetika Barat dan bioetika Islam.

Bioetika Barat berkembang dari tradisi filsafat Yunani, humanisme Renaisans, dan sekularisme modern. Prinsip utama menurut Beauchamp dan Childress (1979) adalah otonomi, benefisensi, non-malefisensi, dan keadilan.

Sebaliknya, bioetika Islam berakar pada wahyu (Al-Qur’an dan Sunnah), serta maqasid al-shariah—tujuan-tujuan hukum Islam untuk melindungi kehidupan (hifz al-nafs), akal (hifz al-‘aql), keturunan (hifz al-nasl), dan martabat manusia.

Perbandingan keduanya memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana sistem nilai membentuk pengambilan keputusan medis dan kebijakan kesehatan.

Metode

Penelitian ini menggunakan metode systematic comparative review.
Sumber data diambil dari PubMed, Scopus, dan Al-Manhal dengan kata kunci: Islamic bioethics, Western bioethics, maqasid shariah, medical ethics comparison, dan religious ethics.
Kriteria inklusi:

  1. Artikel ilmiah 2000–2024.
  2. Fokus pada aspek perbandingan atau prinsip dasar.
  3. Publikasi dalam bahasa Inggris atau Arab.

Sebanyak 47 artikel memenuhi kriteria dan dianalisis menggunakan pendekatan tematik, meliputi:
(a) dasar filosofis,
(b) prinsip moral utama,
(c) penerapan pada isu medis kontemporer.

Hasil

1. Dasar Filosofis

Bioetika Barat didasarkan pada rasionalisme sekuler dan antroposentrisme, menempatkan manusia sebagai sumber nilai tertinggi. Bioetika Islam, sebaliknya, bersandar pada wahyu ilahi dan teosentrisme, di mana Allah menjadi sumber moralitas dan tujuan akhir tindakan.

2. Prinsip Moral Utama

Prinsip empat bioetika Barat (autonomy, beneficence, non-maleficence, justice) memiliki padanan dalam Islam, namun dengan makna berbeda: otonomi manusia dibatasi oleh kehendak Allah, benefisensi diartikan sebagai ihsan, dan keadilan dihubungkan dengan adl serta tanggung jawab sosial.

3. Aplikasi Klinis

Dalam kasus transplantasi organ, eutanasia, dan fertilisasi in vitro, perbedaan orientasi etika menghasilkan kebijakan yang berbeda. Bioetika Islam menolak euthanasia aktif karena bertentangan dengan hifz al-nafs, sedangkan dalam etika Barat, hal ini kadang dibenarkan atas dasar otonomi pasien.

Tabel 1. Perbandingan Bioetika Islam dan Bioetika Barat

AspekBioetika IslamBioetika Barat
Dasar FilosofisWahyu (Al-Qur’an & Sunnah); TeosentrisRasionalisme sekuler; Antroposentris
Sumber MoralitasAllah SWT sebagai sumber kebenaranManusia dan rasio sebagai sumber moral
Tujuan UtamaMencapai maslahah dan ridha AllahMencapai kesejahteraan manusia (human welfare)
Konsep OtonomiTerbatas, di bawah kehendak AllahAbsolut, berbasis hak individu
KeadilanBerorientasi sosial dan ukhrawiBerorientasi distributif dan duniawi
Pandangan terhadap KehidupanSuci dan amanah dari AllahHak individu yang dapat diatur
Transplantasi OrganDiperbolehkan dengan niat altruistik dan tanpa jual beliDiperbolehkan secara kontraktual
EuthanasiaDilarang (melanggar hifz al-nafs)Kadang diperbolehkan atas dasar otonomi
Teknologi ReproduksiDiperbolehkan dalam ikatan pernikahanDiperbolehkan luas, termasuk donor gamet
AI & Robotika MedisBoleh jika menjaga maslahah dan nilai moralDiterima sebagai alat efisiensi klinis
Tujuan Akhir EtikaKepatuhan dan tanggung jawab kepada AllahKemandirian moral dan rasionalitas manusia

Pembahasan

Perbedaan mendasar antara kedua sistem etika ini terletak pada pandangan ontologis dan epistemologis terhadap manusia, kehidupan, dan sumber moralitas.

Dalam bioetika Barat, nilai moral dianggap produk kesepakatan sosial dan rasional, sehingga bersifat relatif. Etika ini berkembang dalam konteks sekularisme pasca-Enlightenment.
Sebaliknya, bioetika Islam menegaskan bahwa moralitas bersifat absolut, bersumber dari wahyu, dan harus diarahkan pada maslahah umat serta tanggung jawab akhirat.

Meski berbeda secara teoretis, kedua sistem memiliki titik temu: sama-sama menolak eksploitasi, menegakkan keadilan, dan menghargai kehidupan manusia. Pendekatan integratif dapat memperkaya diskursus etika global, terutama dalam isu-isu lintas budaya seperti AI medis, gen editing, dan hak pasien Muslim di negara non-Muslim.

Kesimpulan

Bioetika Islam dan bioetika Barat memiliki perbedaan mendasar dalam sumber moralitas, pandangan hidup, dan orientasi etika. Islam menempatkan etika dalam kerangka teosentris, sementara Barat bersifat antroposentris.
Kedua pendekatan tetap dapat bersinergi melalui nilai universal seperti keadilan, kemaslahatan, dan penghormatan terhadap kehidupan. Integrasi nilai spiritual Islam ke dalam praktik kedokteran modern diharapkan memperkuat dimensi moral dan kemanusiaan pelayanan kesehatan.

Daftar Pustaka 

  1. Beauchamp TL, Childress JF. Principles of Biomedical Ethics. 8th ed. Oxford University Press; 2019.
  2. Sachedina A. Islamic Biomedical Ethics: Principles and Application. Oxford University Press; 2009.
  3. Al-Bar MA, Chamsi-Pasha H. Contemporary Bioethics: Islamic Perspective. Springer; 2015.
  4. Ghaly M. Islam and bioethics: An introduction. Zygon. 2018;53(2):428–447.
  5. Padela AI. Islamic bioethics: Between sacred law, lived experiences, and state regulation. Theor Med Bioeth. 2021;42(4):321–339.
  6. Al-Jawadi A, et al. The maqasid approach in medical ethics education. Med Educ Online. 2023;28(1):2169843.
  7. Elmahjub E. Human dignity and autonomy in Islamic and Western bioethics. Med Law Rev. 2020;28(4):658–679.
  8. Doufesh H, et al. Comparative bioethics in Islamic and secular contexts: A systematic review. J Relig Health. 2024;63(2):1430–1450.
  9. IIFA (Islamic Fiqh Academy). Resolutions on Contemporary Medical Issues. Jeddah: OIC; 2019.
  10. WHO-EMRO. Ethics in Healthcare: Islamic and Global Perspectives. Cairo: World Health Organization; 2022.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *