DOKTER AIRLANGGA

SMART PEOPLE, SMART HEALTH

Marburg Disease: Penyebab, Tanda Gejala dan Penanganan

Marburg disease merupakan penyakit viral yang disebabkan oleh Marburg virus, anggota dari keluarga Filoviridae yang juga mencakup Ebola virus. Penyakit ini pertama kali diidentifikasi pada tahun 1967 saat terjadi wabah di Marburg dan Frankfurt, Jerman, serta Beograd, Yugoslavia, yang dikaitkan dengan kontak dengan monyet hijau Afrika yang terinfeksi. Penyakit ini tergolong dalam viral hemorrhagic fever (VHF) yang memiliki tingkat fatalitas tinggi dan berpotensi menyebabkan wabah dengan angka kematian yang signifikan.

Marburg disease ditularkan melalui kontak langsung dengan darah, sekresi tubuh, dan jaringan individu yang terinfeksi. Penyebaran nosokomial sering terjadi melalui jarum suntik dan peralatan medis yang terkontaminasi. Gejala awal menyerupai penyakit demam lainnya, sehingga sering kali sulit didiagnosis pada tahap awal. Oleh karena itu, pemahaman tentang patogenesis, penyebab, tanda dan gejala, serta strategi penanganan sangat penting untuk meningkatkan respons medis terhadap penyakit ini.

Patogenesis

Marburg virus menginfeksi tubuh melalui sel epitel dan makrofag, kemudian menyebar ke sistem limfoid, hati, dan organ lainnya. Setelah masuk ke dalam tubuh, virus ini berikatan dengan reseptor spesifik pada sel inang dan menggunakan mekanisme endositosis untuk masuk ke dalam sitoplasma sel. Replikasi virus yang cepat menyebabkan destruksi sel dan pelepasan mediator inflamasi yang berkontribusi terhadap kerusakan jaringan.

Patogenesis penyakit ini juga melibatkan aktivasi sistem imun yang berlebihan, menyebabkan badai sitokin yang dapat memperburuk kondisi pasien. Perusakan endotel vaskular oleh virus dan respons inflamasi menyebabkan kebocoran vaskular yang berujung pada hipotensi, syok, dan kegagalan multiorgan, yang menjadi penyebab utama kematian pada kasus berat Marburg disease.

Penyebab

Penyebab utama Marburg disease adalah infeksi Marburg virus, yang berasal dari keluarga Filoviridae. Virus ini memiliki genom RNA untai tunggal negatif dan berbentuk seperti filamen. Seperti Ebola virus, Marburg virus memiliki kemampuan untuk menghindari sistem imun inang dengan menghambat respons interferon.

Reservoir alami dari Marburg virus adalah kelelawar buah dari genus *Rousettus*, yang dapat membawa virus tanpa menunjukkan gejala. Penularan ke manusia terjadi melalui kontak langsung dengan cairan tubuh kelelawar atau melalui perantara seperti monyet yang terinfeksi. Penularan antar manusia terjadi melalui cairan tubuh, kontak dengan pasien yang terinfeksi, atau paparan lingkungan yang terkontaminasi virus.

Tanda dan Gejala

Gejala Marburg disease muncul setelah masa inkubasi sekitar 2–21 hari dan biasanya diawali dengan demam tinggi, sakit kepala parah, serta malaise umum. Nyeri otot dan artralgia juga sering terjadi, menyerupai gejala flu pada tahap awal penyakit. Manifestasi gastrointestinal seperti mual, muntah, diare berdarah, dan nyeri perut muncul dalam beberapa hari setelah gejala awal, yang sering kali menyebabkan dehidrasi berat.

Pada fase lanjut, pasien dapat mengalami ruam makulopapular pada hari ke-5 hingga ke-7 infeksi, diikuti dengan tanda perdarahan seperti epistaksis, hematemesis, melena, dan perdarahan konjungtiva. Koagulasi intravaskular diseminata (DIC) dan kegagalan organ multipel dapat terjadi pada kasus berat.

Jika penyakit berkembang lebih lanjut, pasien dapat mengalami gangguan neurologis seperti delirium, kejang, dan koma. Hipovolemia dan hipotensi progresif akibat kebocoran vaskular sering kali berujung pada syok dan kematian dalam waktu 7–9 hari setelah onset gejala.

Penanganan

  • Hingga saat ini, belum ada pengobatan khusus yang terbukti efektif untuk Marburg disease. Penanganan terutama bersifat suportif, dengan tujuan menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, serta mengelola komplikasi yang muncul. Terapi rehidrasi dengan cairan intravena atau oral sangat penting untuk mencegah dehidrasi akibat diare dan muntah berat.
  • Manajemen medis juga melibatkan penggunaan terapi simtomatik, seperti antipiretik untuk mengontrol demam, analgesik untuk mengurangi nyeri, dan antiemetik untuk mengatasi muntah. Pada kasus yang lebih berat, pasien mungkin memerlukan dukungan ventilasi mekanis dan perawatan intensif.
  • Beberapa strategi eksperimental, seperti terapi antibodi monoklonal dan penggunaan obat antivirus seperti remdesivir serta favipiravir, sedang dalam tahap penelitian. Vaksin untuk Marburg disease juga sedang dikembangkan, meskipun belum tersedia untuk penggunaan luas.

Komplikasi

  • Komplikasi Marburg disease sangat serius dan mencakup kegagalan organ multipel, koagulasi intravaskular diseminata (DIC), dan perdarahan hebat yang dapat mengancam nyawa. Hipovolemia akibat kebocoran vaskular sering kali menyebabkan syok, yang merupakan penyebab utama kematian.
  • Pada pasien yang selamat, komplikasi jangka panjang seperti miopati, hepatitis kronis, gangguan neurologis, dan gangguan psikologis seperti depresi pasca-trauma dapat terjadi. Oleh karena itu, pemantauan jangka panjang diperlukan bagi pasien yang berhasil pulih dari infeksi.

Prognosis

  • Prognosis Marburg disease bergantung pada kecepatan diagnosis dan penanganan yang diberikan. Tingkat fatalitas bervariasi antara 24–88%, tergantung pada virulensi strain virus dan kondisi kesehatan pasien sebelum infeksi. Penyakit ini memiliki angka kematian yang tinggi terutama pada individu dengan imunosupresi atau komorbiditas lainnya.
  • Meskipun pasien yang selamat dapat pulih secara klinis dalam beberapa bulan, beberapa individu mengalami komplikasi jangka panjang. Oleh karena itu, pendekatan multidisiplin yang mencakup perawatan suportif dan rehabilitasi sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup pasien pasca-infeksi.

Daftar Pustaka

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *